KOMPAS.com - Hampir setiap orang pernah melamun. Tetapi melamun yang berlebihan tentu perlu diwaspadai karena bisa menjadi gejala gangguan jiwa. Bagaimana dan apa sebenarnya aktivitas melamun berlebihan ini dari sudut pandang kesehatan?
Berdasarkan Psychology Today, hampir setiap orang melaporkan adanya sesi melamun pada kegiatan sehari-hari. Sedikitnya 96 persen orang dewasa pernah melamun dalam kesehariannya.
Bahkan bapak psikologi modern Sigmund Freud percaya, melamun adalah cara seseorang meredakan konflik yang tengah dihadapi. Fantasi yang ada merupakan campuran keinginan dan standar sosial masyarakat sekitar. Melamun juga kerap identik dengan pikiran yang mengembara.
Namun ada kalanya, melamun menjadi sangat berlebihan. Pada beberapa orang, setiap menit, jam dan hari bisa berlalu hanya dengan melamun. Kondisi ini disebut Maladaptive Daydreaming (MD).
MD adalah kondisi melamun berlebihan hingga menggantikan interaksi dengan manusia di sekitarnya. Walaupun belum diakui secara medis, konsep ini diperkenalkan Eli Somer Ph.D pada 2002. Somer percaya, trauma atau pengalaman menyakitkan lainnya adalah pemicu MD.
Pada penelitiannya, Somer menemukan responden menggunakan lamunan sebagai metode untuk menghindar dari situasi yang sulit. Biasanya, kondisi sekitar responden tidak menyenangkan, sehingga responden mencari 'jalan keluar.' Penelitian lanjutan diperlukan untuk memastikan teori ini.
Beberapa orang dengan MD mengakui, kondisi mereka menyebabkan mereka tidak produktif. Waktu berlalu ketika mereka membangun mimpinya, dan sebelum sadar waktu seharian telah habis.
Sejauh ini belum ada penelitian apakah kondisi ini berhubungan dengan ketidakseimbangan mental. Namun teori menghubungkan MD dengan dissociative personality disorder. Yaitu kondisi seseorang tidak beriringan dengan sekelilingnya secara fisik maupun emosi
Gejala MD
Belum ada diagnosa untuk memastikan gejala MD. Namun dari penelitian, bisa disimpulkan beberapa gejala terkait MD. Berikut gejalanya :
1. Melamun hingga seperti kecanduan
2. Dimulai sejak usia anak
3. Buku, film, musik, video game, dan media lain kemungkinan dapat memicu MD
4. Lamunannya detail dan rumit, terkadang dibandingkan dengan film atau novel
5. Gerakan berulang ketika melamun adalah hal biasa, misal menggerakkan benda dalam genggaman
6. Terkadang penderita berbicara, tertawa, menangis, dan membuat ekspresi ketika melamun. Orang yang menderita MD mengetahui perbedaan lamunan dan kenyataan. Hal ini yang membedakan MD dengan skizoprenia atau psikopat.
7. Seseorang bisa membutuhkan waktu berjam-jam melamun, dan mengalami kesulitan tidur. Mereka juga mengacuhkan kebutuhan dasar seperti mandi, makan, dan aktivitas lain karena melamun.