KOMPAS.com - Yoga merupakan olahraga yang sudah lama dikenal sebagai penangkal stres dan depresi. Bahkan sudah banyak penelitian yang dilakukan guna mendukung pernyataan tersebut.
Salah satu penelitian yang membuktikan kaitan yoga dengan stres yaitu yang dilaporkan dalam jurnal Medical Hypotheses. Penelitian tersebut menemukan pengaruh yoga terhadap otak yang berperan dalam pembentukan stres. Stres diketahui sebagai pemicu utama dari depresi.
"Yoga memang menurunkan stres karena gerakan-gerakan yoga ternyata bisa memperbaiki ketidaseimbangan sistem saraf," kata ketua peneliti Dr.Chris Streeter, profesor psikiatri dari Boston University School of Medicine.
Para peneliti percaya, saat seseorang mengalami stres, terjadi ketidakseimbangan di area otak. Gangguan keseimbangan itu termasuk rendahnya aktivitas di area otak yang disebut gamma amino-butyric acid (GABA). Ketidaktifan GABA ini juga ditemui pada penderita epilepsi, nyeri kronik, depresi dan kecemasan.
Sementara itu, dr Dharmawan Ardi Purnama, SpKJ, psikiater dari Rumah Sakit Jiwa dr Soeharto Heerdjan mengatakan, yoga mampu mengatasi depresi karena olahraga tersebut membantu pelakunya untuk fokus pada diri sendiri.
"Prinsipnya mungkin bisa seperti latihan mindfulness, yang tujuannya melatih supaya lebih aware pada diri sendiri dan lingkungan," katanya di sela-sela seminar kesehatan jiwa, akhir pekan lalu di Tangerang.
Menurut Dharmawan, untuk mencegah depresi, seseorang juga perlu meninggalkan kebiasaan menilai negatif terhadap segala sesuatu. Meskipun, secara alamiah manusia cenderung menilai negatif, namun perlu melatih diri untuk mengubahnya.
Dalam kesempatan yang sama, dr Elly Inkiriwang, SpKJ dari Fakultas Kedokteran Ukrida mengatakan, depresi dapat dihindari jika seseorang dapat belajar menerima kenyataan ketidakadilan dalam hidupnya.
"Sikap tidak adil dan tidak baik sebagai imbalan terhadap usaha baik Anda lebih merupakan hukum ketimbang pengecualian," tegasnya.