Eklamsi dan Pre eklamsi

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis bisa menyelesaikan makalah yang berjudul PRE-EKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA

Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan karena masih dangkalnya pengetahuan penulis. Namun berkat bimbingan dari berbagai pihak, akhirnya makalah ini dapat diselesaikan, walaupun masih banyak kekurangannya.
Penulis menyadari bahwa dalam penyajian dan penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis menerima kritikan dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan untuk masa yang akan datang.
Akhirnya dengan penuh harapan dan mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Padang, Februari 2009
Penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang ........................................................................................ 1
2. Tujuan Penulisan....................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
PRE-EKLAMPSIA BERAT
A. Definisi ................................................................................................... 2
B Diagnosa.................................................................................................. 2
C. Penatalaksanaan ..................................................................................... 2
D. Penanganan ............................................................................................ 3
EKLAMPSIA
A Definisi .............. ..................................................................................... 4
B Gejala – gejala......................................................................................... 4
C Komplikasi............................................................................................... 5
D Prognosis................................................................................................. 5
E Pencegahan.............................................................................................. 6
F Penanganan.............................................................................................. 6
BAB III PENUTUP
1. Kesimpulan………………………………………………….................19
2. Saran…………………………………………………………………....19
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
  1. Latar belakang
Angka kematian ibu di indonesia masih cukup tinggi. salah satu penyebab utama tinggi angka kematian ibu ini adalah pre-eklamsia / eklampsia. Pre-eklampsia sering terjadi pada kehamilan terutama pada kehamilan pertama, kehamilan kembar dan wanita yang berusia diatas usia 35 tahun. Selama kehamilan, tanda-tanda pre-eklampsia ini harus dipantau terlebih pada wanita yang berisiko terjadi pre-eklampsia pada kehamilannya ini. Tanda khas pre-eklampsia ini adalah tekanan darah tinggi, ditemukan protein dalam urine dan oedema. Adapun gejala-gejala yang juga harus diketahui yaitu kenaikan BB berlebihan, nyeri kepala yang hebat, muntah, gangguan penglihatan. Jika tanda-tanda tersebut terlambat dideteksi maka akan semakin parah dan keadaan paling berat ini akan kejang, pasien yang akan mengalami kehilangan kesadaran, bahkan sampai pada kematian karena kegagalan jantung, kegagalan ginjal, kegagalan hati dan pendarahan otak
Usia sebaga salah satu faktor predisposisi terjadinya pre-eklampsia dapat menimbulkan kematian maternal. Wanita hamil diatas usia 35 tahun mengakat 3 kali lipat terjadinya pre-eklampsia. Jika tidak terdeteksi secara dini tentu kasus pre-eklampsia ini akan berubah menjadi eklampsia yang harus mempunyai penanganan yang lebih khusus
Untuk mengatasi salah satu penyebab tingginya angka kematian ibu ibi adalah pelayanan kesehatan prenatal yang baik dan tidak boleh menganggap remeh jika menemukan salah satu tanda dari pre-eklampsia.
Jika kasus pre-eklampsia ini menjadi semakin berat dan tidak segera ditangani lamanya akan berakibat buruk kondisi ibu dan janin, bahkan akan berakibatkan kematian ibu dan janin
  1. Tujuan
    • Agar kita mampu mengetahui gejala-gejala dari pre-eklamsia berat sehingga kita mampu mengambil tindakan segera
    • Untuk menambah pengetahuan kita bagaimana cara menangani pasien dengan kasus pre-eklamsia berat

BAB II
PEMBAHASAN
PRE-EKLAMPSIA BERAT DAN EKLAMPSIA
PRE-EKLAMPSIA
Definisi
Bila disertai keadaan sebagai berikut :
  • Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih
  • Proteinuria 5 gr atau lebih per liter
  • Oliguria yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam
  • Adanya gangguan serebral, gangguan visus dan rasa nyeri di epigastrium.
  • Terdapat oedema paru dan sianosis
Diagnosa
Diagnosa ditegakkan berdasarkan :
  1. Gambaran klinik : pertambahan berat badan yang berlebihan, oedema, hipertensi, dan timbul proteinuria.
Gejala subjektif : sakit kepala di daerah frontal, nyeri epigastrium, gangguan visus, penglihatan kabur, skotoma, diplopia, mual dan muntah, gangguan serebral lainnya : oyong, reflek meningkat, dan tidak tenang.
  1. Pemeriksaan : tekanan darah tinggi, refleks meningkat, dan proteinuria pada pemeriksaan laboratorium
Penatalaksanaan
  1. Pencegahan
    1. Pemeriksaan antenatal yang teratur dan bermutu serta teliti, mengenali tanda-tanda sedini mungkin ( pre-eklampsia ringan ) lalu diberikan pengobatan yang cukup supaya penyakit tidak menjadi lebih berat
    2. Harus selalu waspada terhadap kemungkinan terjadinya pere-eklampsia kalau ada faktor – faktor peredisposisi
    3. Berikan penerangan tentang mamfaat istirahat dan tidur, ketenangan, serta pentingnya mengatur diit rendah garam, lemak, serta karbohidrat dan tinggi protein, juga menjaga kenaikan berat badan yang berlebihan.
  1. Penanganan
Tujuan utama penanganan adalah :
· Untuk mencegah terjadinya pre-eklampsia dan eklampsia
· Hendaknya janin lahir hidup
· Trauma pada janin semaksimal mungkin
Penanganan Pada Pre-Eklampsia Berat
1. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu
a. Jika janin belum menunjukkan tanda-tanda maturitas paru-paru dengan uji kocok dan rasio L/S, maka penanganan adalah sebagai berikut :
· Berikan suntikan sulfas magnesikus dengan dosis 8 gr IM kemudian disusul dengan injeksi tambahan 4 gr IM setiap 4 jam ( selama tidak ada kontraindikasi )
· Jika ada perbaikan jalannya penyaki, pemberian sulfas magnesikus dapat diteruskan lagi selama 24 jam sampai dicapai kriteria pre-eklampsia ringan ( kecuali ada kontraindikasi )
· Selanjutnya ibu dirawat, diperiksa, dan keadaan janin dimonitor, serta BB ditimbang seperti pada pre-eklampsia ringan, sambil mengawasi timbunya lagi gejala.
· Jika dengan terapi diatas tidak ada perbaikan, dilakukan terminasi kehamilan dengan induksi partus atau tindakan lain tergantung keadaan.
b. Jika pada pemeriksaan telah dijumpai tanda-tanda kematangan paru janin maka penatalaksanaan kasus sama seperti pada kehamilan diatas 37 minggu
2. Pre-eklampsia berat pada usia kehamilan diatas 37 minggu
a. Penderita rawat inap
· Istirahat mutlak dan ditempatkan pada kamar isolasi
· Berika diit rendah garam dan tinggi protein
· Berikan suntikan sulfas magnesikus 8 gr IM, 4 gr dibokong kanan dan 4 gr d bokong kiri
· Suntikan dapat diulang dengan dosis 4 gr setiap 4 jam
· Syarat pemberian MgSO4 adalah refleks patella positif, diuresis 100 cc dalam 4 jam terakhir, respirasi 16 kali permenit, dan harus tersedia antidotumnya yaitu kalsium glukonas 10 % dalam amp 10 cc
· Infus dextrosa 5 % dan ringer laktat
b. Berikan obat anti hipertensi : injeksi katapres 1 amp IM dan selanjutnya dapat diberikan tablet katapres 3 kali ½ tablet atau 2 kali ½ tablet sehari
c. Diuretika tidak diberikan kecuali bila terdapat oedema paru dan kegagalan jantung kongestif. Untuk ini dapat disuntikan 1 amp IV lasix
d. Segera setelah pemberian sulfas magnesikus kedua, dilakukan induksi partus dengan atau tanpa amniotomi. Untuk induksi dipakai oksitosin ( pitosin atau sintosinon ) 10 satuan dalam infus tetes
e. Kala II harus dipersingkat dengan VE atau FE, jadi ibu dilarang mengedan
f. Jangan berikan methergin postpartum, kecuali bila terjadi pendarahan yang disebabkan atonia uteri
g. Pemberian sulfas magnesikus, kalau tidak ada kontraindikasi, kemudian diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam selama 24 jam postpartum
h. Bila ada indikasi obstetrik dilakukan SC
EKLAMPSIA
Definisi
Eklampsia dalam bahasa yunani berarti “ halilitar “ karena serangan kejang –kejang timbulnya tiba-tiba seperti petir
Gejala – Gejala Eklampsia
  1. Stadium invasi ( awal atau aurora )
Mata terpaku dan terbuka tanpa melihat, kelopak mata dan tangan bergetar, kepala dipalingkan ke kanan atau kiri. Stadium ini berlangsung kira-kira 30 menit
  1. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan jadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki membengkok ke dalam, pernapasan ke dalam, pernapasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah dapat tergigit. Stadium ini berlangsung kira-kira 20-30 menit
  1. Stadium kejang klonik
Semua otot berkontraksi ulang-ulang waktu yang cepat, mulut terbuka dan tertutup. Keluar ludah berbusa dan lidah dapat digigit, mata melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung selama 1-2 menit kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti mendengkur.
  1. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ( koma ) ini berlangsung selama beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang-kadang antara kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya ibu tetap dalam keadaan koma. Selama serangan tekanan darah meninggi, nadi cepat dan suhu naik sampai 40 celcius
Komplikasi
o Lidah tergigit
o Terjadi perlukaan dan fraktur
o Gangguan pernafasan
o Perdarahan otak
o Solusio plasenta
o Merangsang persalinan
Prognosis
Morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi tinggi
o Kematian ibu
Disebabkan oleh pendarahan otak, kegagalan jantung paru, kegagalan ginjal, infeksi, kegagalan hepar, dan lain-lain
o Kematian bayi
Disebabkan hipoksia intrauterin dan prematuritas
Kriteria Eden
Adalah kriteria untuk menentukan prognosis eklampsia yang terdiri dari
o Koma yang lama
o Frekuensi nadi diatas 120 kali permenit
o Suhu 39,4 celcius atau lebih
o Tekanan darah lebih dari 200 mmHg
o Konvulsi lebih dari 10 kali
o Proteinuria 10 gr atau lebih
o Tidak ada oedema, oedema menghilang
Bila dijumpai salah satu tanda-tanda yang diatas maka disebut dengan eklampsia ringan, bila dijumpai 2 atau lebih tergolong berat dan prognosis akan lebih jelek
Pencegahan
Upaya-upaya yang dilakukan adalah
o Memberikan informasi dan edukasi kepada masyarakat bahwa eklampsia bukanlah penyakit kemasukan seperti banyak yang disangka oleh masyarakat
o Meningkatkan jumlah poliklinik pemeriksaan antenatal serta mengusahakan agar semua ibu hamil memeriksakan kehamilan sejak hamil muda
o Pelayanan kebidanan yang bermutu yaitu pada tiap-tiap pemeriksaan kehamilan diamati tanda-tanda pre-eklampsia dan mengobatinya sedini mungkin
o Mengakhiri kehamilan sedapat-dapat pada kehamilan 37 minggu keatas apabila setelah dirawat inap tanda-tanda tidak menghilang
Penanganan
Prinsip perawatannya adalah
1 Tujuan perawatan di RS adalah untuk menghentikan konvulsi, mengurangi vasospasme, meningkatkan diuresis, mencegah infeksi, memberikan pengobatan yang tepat dan cepat, serta untuk melakukan terminasi kehamilan 4 jam serangan kejang yang terakhir, dengan tidak menghitungkan tuanya kehamilan
2 Penderita eklampsia harus dirawat inap di RS
3 Pengangkutan ke RS
o Sebelum dikirim, diberikan obat penenang untuk mencegah serangan kejang-kejang selama dalam perjalanan yaitu pethidin 100 mg atau luminal 200 mg atau morfin 10 mg
4. Sesampai di RS, pertolongan pertama adalah
o membersihkan dan melapangkan jalan pernapasan
o menghindarkan lidah tergigit
o pemberian oksigen
o pemasangan infus dektrosa atau glukosa
o menjaga agar janagan sampai trauma serta dipasang kateter tetap
5. Observasi penderita
o Dilakukan didalam kamar isolasi yang tenang dengan lampu redup ( tidak terang ), jauh dari kebisingan dan rangsangan kemudian dibuat catatan setiap 30 menit berisis tensi, nadi, respirasi, suhu badan, refleks,dan diuresis. Bila memungkinkan dilakukan funduskopi sekali sehari, juga dicatat tingkat kesadaran dan jumlah kejang yang terjadi
o Pemberian cairan disesuaikan dengan jumlah diuresis, pada umumnya 2 liter dalam 24 jam, kadar protein urin diperiksa dalam 24 jam kuantatif.
6. Regim-regim pengobatan
o Regim MgSO4 20 % dengan dosis 4 gr IV perlahan-lahan selama 5-10 menit kemudian disusul dengan suntikan IM dosis 8 gr. Jika tidak ada kontraindikasi, berikan suntikan IM diteruskan dengan dosis 4 gr setiap 4 jam. Pemberian ini dilakukan sampai 24 jam setelah konvulsi berakhir atau setelah persalinan. Bila tidak ada kontraindikasi ( perhatikan pernapasan, refleks dan diuresis ). Juga harus tersedia kalsium glukonas sebagai antidotum
kegunaan MgSO4 adalah untuk mengurangi kepekaan syaraf pusat agar dapat mencegah konvulsi, menambah diuresis, kecuali bila ada anuria dan untuk menurunkan pernafasan yang cepat
o Regim sodium pentotal
Dosis insial suntikan IV perlahan-lehan sodium pentotal 2,5 % adalah sebanyak 0,2-0,3 gr. Dengan infus secara tetes ( drips ) tiap 6 jam diberikan :
· 1 gr sodium pentotal dalam 500 cc dektrose 10 %
· ½ gr dalam 500 cc dextrose 10 %
· ½ gr dalam 500 cc dextrose 10 %
· ½ gr dalam 500 cc dextrose 10 %
( selama 24 jam )
kerja pentotal sodium adalah untuk menghentikan kejang dengan segera. Obat ini hanya diberikan di RS karena cukup berbahaya dapat menyebabkan henti nafas ( apnea )
o Regim valium ( diazepam )
Dengan dosis 40 mg dalam 500 cc glukosa 10 % dengan tetesan 30 permenit. Seterusnya diberikan setiap 2 jam 10 mg dalam infus atau suntikan IM : sampai tidak kejang, obat ini cukup aman
o Regim litik koktil ( lytic cocktail )
Ada 2 macam kombinasi obat yaitu :
· Largactil ( 100 mg ) + phenergen ( 50 mg ) + Pethidin ( 100 mg )
· Pethidin ( 100 mg ) + Chlorpromazin ( 50 mg ) + Promezathin ( 50 mg )
Masing-masing dilarutkan dalam 500 cc glukosa 5 % dan diberikan secara infus tetes IV : jumlah tetesan disesuaikan dengan serangan kejang dan tekanan darah penderita
o Regim stroganoff
7. Pemberian antibiotika
o Untuk mencegah infeksi diberikan antibiotika dosis tinggi setiap hari yaitu penisilin prokain 1,2-2,4 juta satuan
8 Penanganan obstetrik
o Setelah pengobatan pendahuluan, dilakukan penilaian tentang status obtetrikus penderita, keadaann janin, keadaan serviks dan sebagainya
Setelah kejang dapat diatasi, keadaan umum penderita diperbaiki, kemudian direncanakan untuk mengakhiri kkehamilan atau mempercepat jalan persalinan dengan cara yang aman
o Kalau belum inpartu, maka induksi partus dilakukan setelah 4 jam bebas kejang, dengan atau tanpa amniotomi
o Kala II harus dipersingkat dengan ektraksi vakum atau ektraksi forseps. Bila janin mati dilakukan embriotomi
o Bila serviks masih tertutup dan lancip ( pada primi ) serta kepala janin masih tinggi atau ada kesan terdapat disproporsi sefalopelvik atau ada indikasi obstetrik lainnya, sebaiknya dilakukan SC ( bila janin hidup ). Anastesi yang dipakai lokal atau umum dikonsultasikan dengan ahli anestesi
9. Bahaya yang masih tetap mengancam adalah pendarahan postpartum, infeksi nifas, atau trauma akibat pertolongan obstetrik
BAB III
PENUTUP
  1. Kesimpulan
Pre-eklampsia berat merupakan suatu kelanjutan dari pre-eklampsia ringan dimana terjadinya kenaikan tekanan darah 160 / 110 mmHg, proteinuria 5 gram / lebih dalam 24 jam ( +3 atau +4 ), oliguria, nyeri epigastrium, gangguan penglihatan. Dalam keadaan PEB, jika tidak ditangani dengan segera maka pasien akan mengalami kejang / sudah dalam tahap eklampsia
Banyak pesien yang berpotensi dalam PEB ini antara lain : faktor genetik ( keturunan / riwayat keluarga hipertensi ), kehamilan ganda, obesitas, DM, dan faktor prodisposisi. Ibu pekerja keras dean perokok.
Untuk mencegah agar pre-eklampsia ini tidak menjadi berat atau bahkan menjadi eklampsia, perlu dipantau dalam setiap kunjungan ulang antenatal yaitu pertambahan BB yang meningkat terlalu jauh perminggu, tekanan darah dan proteinuria.
Jika kita menemukan pasien dengan kasus PEB, tindakan segera yang langsung kita ambil adalah segera pasien dirujuk ke RS karena kasus ini bukanlah wewenang kita sebagai bidan dan harus memerlukan tindakan yang lebih lanjut yang tidak bisa kita tangani sendiri
  1. Saran
    • Untuk dapat mendeteksi secara dini dan mencegah terjadinya pre-eklampsia / eklampsia maka dalam melakukan ANC, bidan harus memberikan pelayanan yang berkualitas dan sesuai dengan standar 7T ( Timbang, TD, TFU, Tablet Fe, TT, Tes PMS, Temuwicara )
    • Diharapkan pada tenaga kesehatan khususnya bidan untuk menjelaskan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan, sehingga ibu hamil dapat mengetahui gejala awal dan penyimpangan yang terjadi dan mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat
    • Bidan harus memberikan penyuluhan pada ibu –ibu hamil tentang KB supaya mereka bisa mengatur kehamilannya dan meningkatkan kondisi kesehatannya sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi dan penyulit kehamilan dan persalinan
    • Jika bidan menemui kasus ibu hamil / ibu antepartum dengan PEB segera rujuk ke RS
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo Sarwono, 2002 “ Ilmu kebidanan ” Yayasan Bina pustaka, Jakarta
Mansjoer Arif, 2000 ” Kapita Selekta Kedokteran Edisi Kesatu “, Penerbit Media Aesculapius FKUI , Jakarta
Mochtar Rustam, 1998, “ Sinopsis Obstetri Edisi Kesatu “. Penerbit buku kedokteran EGC, Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG. 1998, “ Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan Dan Keluarga berencana Untuk Pendidikan Bidan ” , Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
Prof dr Manuaba, Ida Bagus Gde, SPOG, 1998, “ Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri Ginekologi dan KB ”. Penerbit Buku Kedokteran ECG, Jakarta
www.askep-askeb-kita.blogspot.com
Next Post Previous Post