TEMPO Interaktif, - Main petak umpet atau sekadar berlarian di sekitar rumah bersama teman-teman adalah kegemaran anak-anak dalam bermain. Namun di era di mana orang tua sangat waspada seperti saat ini, para peneliti menemukan bahwa anak-anak di Amerika, mempunyai lebih sedikit waktu untuk bermain dibandingkan anak-anak 50 tahun silam. Tren ini dikhawatirkan mempunyai dampak yang serius terhadap perkembangan kesehatan dan mental anak-anak. "Pada tahun 1950-an, anak-anak bebas bermain sebagai bagian dari kebiasaan baik mereka. Jika kamu hanya tinggal di rumah dan berada di sekitar ibumu, dia akan berkata 'keluarlah dan bermain'.
Tempat alami untuk seorang anak adalah di luar rumah,'' ungkap Peter Gray, seorang profesor peneliti bidang psikologi dari Boston College kepada HealthDay yang dikutip oleh situs USA Today. Namun kondisi yang terjadi saat ini justru sebaliknya. "Orang tua tidak memberikan kebebasan bermain untuk anak-anak. Jika pun mereka memberikan, tak ada anak lain di luar sana yang bisa bermain bersama atau sang ibu memberikan banyak batasan kepada anak mereka seperti 'kamu tak boleh keluar dari halaman' yang membuat anak-anak enggan berlama-lama di luar,'' ungkap Gray. Ketika sang anak diizinkan bermain, lanjut Gray, mereka akan bermain games, menegosiasikan aturan-aturan dan memastikan bahwa yang lain akan bermain dengan fair – semua yang membantu mengajarkan anak-anak untuk membuat keputusan, memecahkan persoalan dan mendapatkan kemampuan untuk mengontrol diri mereka sendiri. "Anak-anak yang terlalu emosional atau yang tetap bersikukuh untuk mendapatkan yang mereka inginkan secara cepat, akan belajar untuk mengubah perilaku mereka dengan segera agar bisa tetap diterima dalam kelompok," ungkap Gray yang dua penelitiannya dipublikasikan baru-baru ini di the American Journal of Play." Padahal dengan bermain bebas,Mereka memperoleh kompetensi dasar yang sangat dibutuhkan untuk menjadi dewasa.'' Namun sejak pertengahan 1950-an, ungkap Gray, orang-orang dewasa meningkatkan peran mereka terkait aktivitas anak-anak secara signifikan -- yang merugikan kesehatan mental anak-anak mereka. Ditambahkannya, permainan olahraga yang terorganisasi dengan pelatih atau pemandu orang dewasa secara langsung, tidak bisa menggantikan peran 'bermain bebas' yang dilakukan anak-anak. Penelitian ini menemukan bahwa anak-anak sekarang lebih mungkin mengalami kelelahan, depresi, perasaan tidak berdaya dan narsisisme yang bersamaan dengan meningkatnya kegiatan bermain mereka yang dimonitor dan diatur oleh orang tua mereka. Dalam survei yang dilakukannya, Gray bertanya kepada orang tua yang menjadi responden contoh secara nasional, untuk melacak aktivitas anak-anak mereka pada hari yang dipilih secara acak pada tahun 1981 dan yang lainnya pada 1997. Hasilnya, anak-anak usia 6 tahun sampai 8 tahun pada 1997 bermain lebih 25 persen lebih sedikit ketimbang anak-anak usia yang sama pada tahun 1981. ARBA'IYAH SATRIANI