TEMPO Interaktif, Jakarta - Bagi masyarakat perkotaan, mendengar kata 'berkebun' pasti yang terbayang adalah kotor, lalu di mana tempatnya, dan bagaimana bisa. Komunitas Indonesia Berkebun punya jawabannya. "Manfaatkan lahan tidur karena Jakarta itu bukan tandus, tapi tidak produktif," ujar Shafiq Pontoh, pegiat Indonesia Berkebun, dalam diskusi di Plaza FX, Kamis, 22 September 2011.
Semua lahan terbengkalai, baik di dekat rumah, kantor, atau area umum, bisa jadi lahan produktif. Buktinya, kata Shafiq, sayuran yang ditanam komunitas Indonesia Berkebun sudah bisa dipanen. Bahkan hasilnya bisa diserap pasar. "Holycowsteak bersedia menyerap bayam merah dari Indonesia Berkebun," ujar dia.
Indonesia Berkebun memasok 2 kilogram bayam organik yang kini meningkat menjadi 10-15 kilogram per harinya. Hotel Harris yang berada di kawasan Tebet pun juga sudah menyatakan kesediaannya untuk menampung hasil Indonesia Berkebun. Shafiq mengaku bisnis bukanlah tujuan utama komunitas ini.
Dalam siaran pers Indonesia Berkebun, perintis gerakan ini, Ridwan Kamil, menuturkan bahwa tujuannya adalah menciptakan lahan hijau di tengah Kota Jakarta sekaligus memberi manfaat bagi komunitas. Awalnya, kata Shafiq, komunitas ini ingin berkebun setelah melihat dari gambaran Google Earth tentang Jakarta. Ternyata, di Jakarta banyak lahan nganggur yang bisa dimanfaatkan.
Atas seizin pemilik lahan, komunitas ini mulai mengisi lahan dengan aneka tanaman hortikultura (sayur dan buah). "Kami itu datang dari komunitas yang tak paham bercocok tanam," ujar Shafiq. Melalui jejaring sosial-lah, komunitas ini berkembang. "Ternyata setelah kami tanya lewat Twitter, banyak experts yang bersedia berbagi. Bahkan mereka memberikan kul-twit cara menanam," jelas Shafiq.
Akhirnya banyak yang bergabung, mulai dari anak-anak hingga orang tua. "Anak-anak senang kalau panen. Pengalaman panen bagi mereka itu luar biasa," ujar Shafiq. Bagi Shafiq, jejaring sosial sangat bermanfaat untuk menggalang massa dan dukungan. "Dia tak terbatas ruang dan waktu," ucap pria berkacamata ini. Dampak yang paling terasa adalah bisa mengumpulkan orang-orang dengan visi yang sama. Termasuk mendapatkan tempat pemasaran hasil panen Indonesia Berkebun. Tertarik bergabung dengan komunitas ini, bisa mengikuti linimasa mereka di @idberkebun.
DIANING SARI