Beyond The Heritage

KapanLagi.com: Woman
KapanLagi.com: Woman
Beyond The Heritage
Sep 27th 2011, 00:00

Keindahan batik tak cuma dari warna, motif, hingga siluet. Tapi rasa cinta dan kekuatan perempuan di baliknya, bikin tiap 'titik' begitu berharga. Cosmo memahaminya di Solo.

KapanLagi.com - Batik dahulu sering dikenal sebagai padanan kebaya, namun kini turut berpengaruh dalam dunia ready-to-wear tanah air. Nama Edward Hutabarat, pria yang akrab disapa dengan Edo, kerap dikaitkan sebagai desainer fashion yang membawa spirit batik jadi daily wear lewat label busana siap pakainya, Part One. Tren batik pun marak, mulai dari gaya klasik hingga gaya ala Harajuku style seperti rancangan desainer Eddy Betty untuk Edbe. Karena itu, ketika undangan ke Solo mampir ke meja redaksi Cosmo dari Attack Batik Cleaner yang berkolaborasi dengan Edward Hutabarat, Cosmo begitu antusias. Ajakan ini bertujuan untuk mendalami batik Solo dikenal dengan kesan monokromatik sogan, yaitu paduan nuansa hitam dan cokelat tua. Kontras warna diperoleh lewat warna natural seperti maroon, hijau tentara, dan kuning kunyit. Apa lagi? Well, just read on, ladies. It was indeed a fabulous trip!

The Big Three

Attack mengajak Cosmo mendatangi tiga maestro batik dari Solo yang berkolaborasi dengan Edo. Kota Solo dikenal dengan dua kampung batik, Lawean dan Kauman, yang keduanya punya karakter yang berbeda. Kampung Lawean, yang diwakili oleh Saud Effendi, banyak membuat batik tulis dengan pakem tradisional Solo, batik cap dengan modifikasi warna dan teknik kerut untuk kesan kontemporer yang segar. Latar belakang seni pria lulusan STISI Yogya yang pernah jadi insan perfilman Indonesia di tahun '80an, terasa lewat kreasinya batik painting kontemporer. Mengapa disebut kontemporer? "Karena lepas dari pakem kriteria batik, yaitu gabungan dari titik-titik hingga membentuk sebuah motif. Dan ini adalah penyaluran jiwa seni saya," ujar Saud.

Sementara Kampung Kauman begitu dekat dengan Keraton Solo. Para perajin membuat batik secara khusus untuk kebutuhan Keraton Kasunanan Surakarta. "Jarik atau kain yang digunakan raja dan kaum bangsawan Keraton adalah citra mereka. Karena itu, pembuatannya hanya dipercayakan pada orang-orang terpilih, yang pada saat itu menetap di Kauman ini," jelas Gunawan Setiawan, salah satu perajin ternama di Kauman. Walaupun karakter batik Kauman tampak begitu klasik, Gunawan berani memodifikasi motif agar lebih inovatif. Di sini, ia menampilkan Batik Sekar Jagad bermateri chiffon dengan panjang 5 meter berlebar 1.5 meter, dengan proses yang sangat rumit hingga memakan waktu satu tahun. Materi lilin malam yang digunakan untuk chiffon ia bedakan untuk kain mori. Kualitas malam memang sangat menentukan keindahan hasil akhir batik, hingga tiap kreator memiliki ramuan khusus.

Di luar wilayah tadi, ada satu lagi perajin batik yang berbeda spesialisasi, yaitu Siti Sundari. Ada yang berbeda dari kedua maestro tadi: Sundari memberi sentuhan genit dengan warna cerah seperti ungu muda, pink, jingga, hingga lime green di atas warna sogan yang solid, untuk mengisi motif seperti bunga, kupu-kupu, atau dedaunan. Sundari memamerkan selembar batik tulis bermotif flora yang cerah. Tak seperti batik Solo biasa dengan warna dasar krem, kali ini warna dasarnya justru putih, hingga warna-warna tadi tampil kontras. Warna putih ini sebenarnya batik yang belum selesai melalui proses malam yang seharusnya memenuhi dasar, namun hal ini yang bikin Edo terkesan. "Batik ini buat koleksi Part One di musim panas tahun lalu," ujar Edo.

The Vision of Love

Sebagai desainer fashion senior tanah air, Edo merasa bertanggung jawab mengedukasi para perajin batik. Misalnya, aplikasi motif tumpal pada batik di tengah deru maraknya ready-to-wear serta tren fashion yang dinamis. "Nantinya bakal dibuang juga. Sayang, kan? Tidak semua kain batik harus punya tumpal. Hal-hal seperti ini harus disampaikan pada perajin," jelasnya. Perawatan tentu tak lepas dalam menjaga keindahan nilai batik. Karena itu, Attack yang punya visi dan misi sama dengan Edo, melansir pembersih Attack Batik Cleaner dari bahan alami. "Tak cuma menghindari warna pudar, namun juga menjaga nilai keindahan batik," kata Diana L. Laksmono dari Kao. Mencuci batik jadi lebih menyenangkan dan modern, tentu saja lebih wangi dan segar. Sebelum Solo, mereka telah mengunjungi daerah Pekalongan dan Madura dalam misi pelestarian batik "Cintaku Pada Batik Takkan Pernah Pudar". Beruntung Cosmo bisa ikut mendalami batik Solo yang cantik dan elegan.

Gotta Know!

Dengan merawat batik, berarti Anda turut melestarikan karya bangsa. Berikut tip dari Edo agar batik Anda tetap awet, indah dan beraroma segar.
Malam berasal dari lemak hewan, sarang lebah, dan campuran herbal. Tak heran batik jadi incaran ngengat. Atasi dengan butir lada putih. Hancurkan dan masukkan ke dalam kantung dari tulle. Lada putih yang panas tentu akan dijauhi ngengat.

Jangan menyimpan batik dengan cara melipat. Gantung saja dengan hanger plus penjepit yang sebelumnya dilapisi busa agar tak meninggalkan bekas.
Saat mencuci, rendam batik bersama Attack Batik Cleaner dan air hangat selama 30 menit. Siapkan tiga ember air bersuhu dingin untuk membilas, masing-masing sebanyak enam kali angkat. Hindari perasan.

Sebelum menyerahkan batik ke tailor favorit. Cuci dulu untuk membantu menghilangkan sisa malam, lalu setrika dengan dilapisi kain voile. Hasil jahit tentu akan lebih maksimal. (Cosmo/miw)

Source: Cosmopolitan Edisi Agustus 2011, Halaman 98

Provided by:

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post