KOMPAS.com - Semakin banyak keragaman produk budaya Indonesia yang terangkat. Sekarang giliran tenun Aceh yang mendapat perhatian, bahkan hingga ke luar negeri. Desainer yang juga dikenal dengan koleksi busana muslim premium Royal Kaftan, Amy Atmanto, dipercaya merancang busana muslim menggunakan kain tenun Aceh untuk ditampilkan di Paris, Perancis.
Adalah Deputi Menteri Koordinator Perekonomian Bidang Perindustrian dan Perdagangan Edy Putra Irawady yang memilih Amy, untuk menampilkan busana muslim di fashion show International Fair of The Moslem World 2011 di Le Bourget, Paris, Perancis Desember nanti.
Pemilihan Aceh dan Amy bukan tanpa sebab. Amy aktif mengembangkan industri kreatif bersama Kementrian Koordinator Perekonomian Indonesia. Selain itu bersama aktris asal Aceh, Cut Yanti, Amy mendirikan perkumpulan Cinta Kain Aceh (CKA).
"Amy aktif di tim wirausaha kreatif di kementerian. Industri kreatif menjadi unggulan pemerintah dan pemerintah mencari peluang di tengah persaingan global. Salah satunya Islamic Fashion yang pasarnya besar di dunia. Ketika diminta, Amy lalu menawarkan kain Aceh. Aceh memang memiliki kultur kain yang unik dan bisa menjadi modal awal untuk masuk fashion muslim," jelas Edy saat temu media di Jakarta, Selasa (25/10/2011) lalu.
Rupanya, tekad kuat Cut Yanti dan Amy untuk mengangkat warisan budaya kampung halaman menjemput peluang. Kesempatan mengenalkan kain tradisional di ajang internasional, membuka kesempatan untuk mempopulerkan kain tenun Aceh yang selama ini tak tersentuh dalam dunia fashion.
Pemilihan Aceh untuk mengikuti perhelatan fashion muslim dunia juga bukan tanpa sebab. Provinsi yang dikenal dengan sebutan Serambi Mekah ini dinilai mampu mewakili karakter Islami di ajang fashion yang mengangkat citra busana muslim untuk semakin mendunia.
"Kita tak hanya akan membawa busana muslim menggunakan tenun Aceh. Namun juga membawa filosofi mendalam tentang aceh. Busana muslim siap pakai tak hanya mengangkat tenun Aceh, namun sekaligus juga menonjolkan kekuatan filosofi masyarakat Aceh yang terwakili dari setiap motif tenun," jelas Amy, desainer yang juga menjabat sebagai Ketua Ikatan Perancang Kebaya Indonesia.
Amy menjelaskan tenun Aceh memiliki ciri khas di motif yang sarat makna. Seperti motif pintu Aceh yang terinspirasi dari pintu Ka'bah di Mekah, motif pucuk rebung yang mewakili tradisi masyarakat Aceh yakni makanan favorit orang Aceh, juga motif bunga cempaka yang menjadi ciri khas Aceh.
Soal warna, Aceh identik dengan warna terang yang berani sepreti. Warna-warna khas dari aceh ini selaras dengan tren warna dunia, yang cenderung terang atau neon color.
Sementara teknik menenun kain di Aceh yang berbeda dengan kain tenun dari daerah lain, juga menghasilkan kualitas lain. Kain tenun Aceh ditenun dengan gerakan yang perlahan sehingga menghasilkan kain yang lebih lembut. Alhasil, kain tenun Aceh lebih mudah diaplikasikan menjadi busana siap pakai yang nyaman dikenakan sehari-hari.
Tampilnya kain tenun Aceh di Paris, mendapat dukungan penuh dari Pelindung perkumpulan CKA, Mutia Azwar Abubakar. Menurutnya, kain Aceh kaya motif namun memang masih terdapat kendala dalam memproduksinya.
"Bahan baku untuk membuat kain tenun Aceh memang masih sulit, harus membelinya ke Sumatera Selatan, Makassar juga Jawa. Tapi perajin kain tenun Aceh banyak, motifnya pun kaya. Setiap kabupaten memiliki ciri khas motif," kata Mutia berharap ke depan kain tenun Aceh tak hanya dikenakan untuk acara adat tetapi bisa diaplikasikan sebagai busana siap pakai.
Kekhasan budaya dari aceh nyatanya sejalan dengan standar internasional. Apalagi jika tenun ditampilkan lebih modern dengan sentuhan desainer. Indonesia melalui aceh memposisikan diri sebagai negara yang layak menjadi kiblat fashion muslim dunia, yang ditargetkan tercapai 2020 nanti.