Kereta Dorong untuk Balita Picu Obesitas

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Kereta Dorong untuk Balita Picu Obesitas
Oct 25th 2011, 08:24

KOMPAS.com - Salah satu penyebab obesitas pada anak balita antara lain karena orangtua membiasakan anak-anaknya untuk tetap menggunakan kereta dorong meskipun mereka sudah mampu berjalan. Maklum saja, tingkat obesitas penduduk kota London tergolong cukup tinggi, yaitu 28,6 persen pada anak berusia 10-11 tahun.

Dalam upaya untuk mengatasi masalah obesitas yang banyak berkembang di masyarakat, politisi di Inggris mendesak orangtua untuk tak membiarkan anak-anak balitanya terlalu lama berada di dalam kereta dorong bayi. Penggunaan kereta dorong ini disinyalir membuat anak cenderung malas dan tidak mandiri. Selain itu aktivitas yang dilakukan anak adalah aktivitas pasif yang tidak melatih otot motoriknya untuk aktif bergerak dan membakar kalori. Alhasil, hal ini akan membuat balita ini cenderung mengalami kelebihan berat badan dan berujung pada obesitas.

Nasional Health Service di Inggris harus mengeluarkan dana sekitar Rp 59 trilyun per tahunnya untuk mengatasi masalah obesitas. Sebagai bagian dari upaya mengurangi masalah ini, para pejabat di Inggris meminta tanggung jawab orangtua untuk mendorong gaya hidup bugar bagi anak-anak mereka.

"Hal ini berarti bahwa anak-anak usia 3 tahun ke atas harus sudah mulai terbiasa berjalan, sekaligus latihan berolahraga," ungkap Anne Milton, Menteri Kesehatan Masyarakat Inggris.

Hal senada juga diungkapkan oleh Nickie Aiken, anggota parlemen Westminster untuk anak-anak. "Dengan membiasakan anak mulai berjalan sendiri ke sekolah, makan makanan sehat, dan berhenti menggunakan kereta dorong pada perjalanan singkat sejak umur 3 tahun, orangtua bisa membuat anak-anaknya menjadi lebih aktif," tuturnya.

Larangan penggunaan kereta dorong ini didasarkan pada penelitian yang membuktikan bahwa sekarang ini di Inggris, setiap 1 dari 5 anak pasti mengalami masalah obesitas. Peningkatan penggunaan kereta dorong ini, salah satunya disebabkan karena kereta dorong dianggap sebagai sebuah tren. Parahnya, orangtua tak membatasi usia anak untuk menumpang kereta tersebut.

"Saya pernah melihat seorang anak berusia 5 tahun masih duduk di dalam kereta dorong, dan ini sangat memprihatinkan. Biasakan anak tumbuh sehat dan aktif bergerak, karena kereta dorong bukanlah tren," ungkap Aiken.

Ingin mengetahui problema ibu bekerja, tips gaya dan menjaga kebugaran, baca Lipsus Working Mom.

Sumber: Parenting

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post