Yogyakarta (ANTARA News) - Pemerintah terus berupaya menurunkan angka kematian ibu rata-rata 102 per 100.000 kelahiran hidup, meskipun untuk mencapai salah satu target Millennium Development Goals 2015 itu cukup sulit, kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu Sedyaningsih.
"Hal itu disebabkan masih sulitnya para ibu untuk mendapat akses pelayanan kesehatan akibat faktor geografis dan budaya," katanya usai menjadi pembicara kunci dalam The 6th Asia Pasific Conference on Reproductive and Sexual Health and Right (ASCRSHR) di Yogyakarta
Menurut dia, penurunan angka kematian ibu yang sulit dicapai itu bukan hanya di Indonesia tetapi juga semua negara di dunia. Berkaitan dengan hal itu, Kemenkes berupaya mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi ibu yang membutuhkan.
"Ada empat faktor yang menyebabkan terjadinya kematian ibu, yakni terlalu tua saat hamil, terlalu muda untuk hamil, terlalu sering hamil, dan terlalu dekat jarak kehamilan. Jika keempat itu bisa diperbaiki maka angka kematian ibu bisa diturunkan," katanya.
Ia mengatakan, salah satu upaya yang kini sedang dilakukan Kemenkes adalah melakukan pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan siswa sekolah mulai dari SD hingga SMA.
Selain itu, juga menanamkan norma dan budaya bahwa menikah itu idealnya ditunda hingga usia 24-25 tahun. Sekarang 20-30 persen perempuan Indonesia menikah di bawah usia 20 tahun, yang merupakan usia terlalu muda.
Menurut dia, akses pelayanan kesehatan juga menjadi kendala utama dalam menurunkan angka kematian ibu di daerah-daerah terpencil. Meskipun sudah tersedia fasilitas pelayanan kesehatan tidak serta merta menjadikan para ibu menggunakannya.