Busana Pengantin Aliya, Megah Taat Pakem Adat

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Busana Pengantin Aliya, Megah Taat Pakem Adat
Nov 25th 2011, 11:49

KOMPAS.com - Prosesi akad nikah Siti Rubi Aliya Rajasa (Aliya) dan Edhie Baskoro Yudhoyono (Ibas), Kamis (24/11/2011) lalu, berlangsung dalam suasana sakral sarat makna. Rangkaian prosesi adat Palembang menambah kental suasana pernikahan agung ini. Prosesi pernikahan adat Komering dilaksanakan sesuai pakem adat di Kabupaten Ogan Komering Ulu, Palembang, Sumatera Selatan. Termasuk dalam busana pengantin yang dikenakan Aliya dan Ibas.

Pernikahan agung Ibas-Aliya, tak berlebihan jika istilah "agung" disematkan pada pernikahan pasangan muda ini. Pasalnya, prosesi adat Komering, termasuk busana pengantin yang dikenakan keduanya, dilaksanakan sesuai pakem upacara adat pernikahan warisan zaman kerajaan. 

Ahli tata rias pengantin khas Palembang, Jujuk Burhanan turut dilibatkan dalam pelaksanaan prosesi adat ini. Dari pengalamannya merias dan menyiapkan busana pengantin khas Palembang selama 15 tahun, Jujuk menilai busana pengantin yang dikenakan Aliya lengkap sesuai pakem. Kesan megah, anggun, mewah, agung, dan sakral juga tergambar melalui busana pengantin Aliya, akunya.

"Upacara pernikahan adat Komering merupakan salah satu prosesi pernikahan terlengkap dan termegah di Palembang. Busana adat pengantin Komering yang dikenakan pengantin juga dipakai raja-raja di Palembang. Ibu Okke Rajasa yang merancang busana pengantin dari koleksi pribadinya sangat menghormati pakem adat Komering, dan ingin menunjukkan sekaligus melestarikannya dalam prosesi pernikahan," jelas Jujuk saat berbincang dengan Kompas Female di kediamannya, di Jl Jasa Marga No. 2, Kelurahan Dukuh, Kramat Jati, Jakarta Timur, Jumat (25/11/2011).

Jujuk yang juga merupakan Pengurus Lembaga Seni Budaya Sumatera Selatan (dengan Helmi Yahya menjabat sebagai Ketua Umumnya), mengakui memang ada modifikasi yang dilakukan, terutama di rangkaian prosesi pernikahan. Pertimbangan waktu menjadi alasan mengapa rangkaian prosesi penikahan adat Komering, yang secara tradisi asli dilakukan tujuh hari tujuh malam, dipangkas menjadi sekitar tiga jam, di pernikahan Ibas-Aliya.

Soal busana pengantin, ibu Aliya, Okke Rajasa, memastikan busana pengantin Aliya diaplikasikan dengan tepat. Tak hanya itu, kain songket dan detil pada busana termasuk aksesori, juga tak sembarangan pilih.

"Ibu Okke menggunakan semua koleksi pribadinya untuk busana pengantin perempuan. Mulai kain songket, baju kurung, hingga mahkota dan berbagai aksesori lainnya yang dikenakan Aliya," jelas Jujuk, yang mengaku dihubungi secara resmi dari pihak keluarga Rajasa untuk terlibat dalam mempersiapkan upacara adat khas Komering di pernikahan Ibas-Aliya, sejak dua bulan silam.

Jujuk menyebutkan satu persatu rincian busana pengantin adat Komering yang dikenakan Aliya. Perempuan berusia 62 ini sendiri tak terlibat langsung dalam menyiapkan hingga mengenakan busana pengantin Aliya. Jujuk yang merupakan pendiri penyedia jasa pernikahan, Desy Tata Rias dan Dekorasi, menunjuk rekannya, Ama, pakar busana pengantin adat Komering, untuk mengenakan busana pengantin kepada Aliya. Ama tak sendiri, Witati, pakar busana pengantin adat yang berasal dari Komering, Palembang, juga dipilih pihak keluarga Rajasa untuk memakaikan busana pengantin ini.

Busana pengantin Aliya didominasi warna merah marun, dengan sentuhan keemasan yang berasal dari kain songket terbuat dari benang emas jantung asli, kata Jujuk. Kain tenun songket Naga Besaung keemasan diaplikasikan sebagai bawahan. Sementara busana atasan berupa baju kurung dengan kombinasi Tabur (lempengan emas) dan sulam Angkinan.

"Kain dan busana dari emas jantung asli ini merupakan busana pengantin kalangan bangsawan yang berkesan mewah, dan merupakan warisan leluhur adat Komering, Palembang. Ibu Okke merancang sendiri busana pengantin berwarna merah marun keemasan ini," lanjut ibu empat anak ini.

Nuansa emas mendominasi busana pengantin Aliya, termasuk dari aksesori yang dikenakannya. Kesan mewah dan megah kental terasa, lantaran semua aksesori yang dikenakan Aliya menggunakan emas asli seperti pakem adat yang sebenarnya. Nuansa keemasan yang megah memang menjadi karakter khas busana pengantin Palembang.

Mahkota emas yang dikenakan Aliya terdiri dari rangkaian aksesori melambangkan bunga. Masyarakat Palembang menyebutnya Serumpun Bunga emas atau Bunga Emas Pijar Bulan, juga Bunga Beringin Raya. Aksesori lainnya, Pending (model ikat pinggang), memberikan kesan kontras dengan warna emas, pada baju kurung merah marun yang dikenakan Aliya.    

Satu lagi yang juga khas adat Komering dalam pernikahan, Jerambah Adat. Saat Aliya memasuki ruangan akad nikah, jelang prosesi Batal Wudhu, sesuai tradisi pengantin perempuan harus melewati hamparan Jerambah Adat, kain tenun songket Palembang dari emas jantung asli sepanjang tiga meter yang berfungsi seperti karpet merah, jelas Jujuk.

Busana pengantin adat Palembang yang dikenakan Aliya merupakan simbol dari budaya tradisi yang megah dan mewah, namun tetap santun dan anggun, kental nilai religi dengan dengan pakaian serba panjang. Budaya berbusana adat dalam pernikahan inilah yang ingin dilestarikan melalui pernikahan Ibas-Aliya.

"Aliya pun terlihat anggun dan nyaman mengenakan busana pengantin adat Komering ini. Dengan aplikasi make up dari penata rias pribadinya, Aliya tampil cocok dan serasi mengenakan pakaian adat. Sejak pertamakali busana adat dipakaikan kepadanya, ia merasa bangga mengenakannya. Melalui busana pengantin adat yang dipakai Aliya, masyarakat menjadi teredukasi pakem busana pengantin adat Palembang yang sebenarnya," tandas perempuan yang mengisi masa pensiun dengan menjalani bisnis penyedia jasa pernikahan berkonsep nasional maupun internasional ini.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post