Citarasa Seni dalam Kuliner Modern

VIVAnews - KOSMO
VIVAnews - KOSMO
Citarasa Seni dalam Kuliner Modern
Nov 28th 2011, 08:40

Senin, 28 November 2011, 15:40 WIB

Anda Nurlaila

VIVAnews - Proses kuliner tak lagi sekedar mengolah bahan makanan menjadi sajian yang menggugah selera. Dengan memadukan metode ilmiah terutama fisika dan kimia, masakan bagaikan seni yang tersaji di atas piring.

Gastronomi molekuler adalah metode ilmiah yang digunakan untuk menelusuri karakteristik bahan pangan dan memadukannya untuk dijadikan makanan. Di dalamnya, berbagai manipulasi dilakukan demi menjaga nutrisi, tapi tetap menjaga rasa makanan.

Adalah Fany Setiyo, seorang pakar dari Le Sanctuaire San Fransisco yang berbagi cara memroses makanan dengan menggunakan metode molekuler. Di hadapan para peserta di workshop Pantry Magic Jakarta, dia membeberkan bagaimana cara mengolah bahan makanan dengan memerhatikan ilmu kimia dan fisika.

Lewat tangannya,  Fany menghasilkan kaviar palsu dengan bahan dasar jus buah dan agar, saus dan spageti rendah lemak dari agar dan gellan gum

"Sebenarnya ini (gastromulekuler) bukan hal yang baru, bila digunakan dengan benar dapat digunakan untuk menciptakan menu makanan yang lebih sehat seperti rendah kolesterol, lemak dan karbohidrat," katanya kepada VIVAnews.com usai workshop di Pantry Magic, Senin, 28 November 2011.

Menurutnya, mencipta makanan lebih sehat lewat gastromolekuler sangat tergantung masing-masing orang. Seseorang atau chef yang selalu memerhatikan kualitas bahan makanan dan memilih bahan alami yang sangat berpengaruh menyebarkan kepada orang disekitarnya. "Chef Thomas Keller yang menggunakan bahan alami misalnya memiliki pengaruh yang luas dan akhirnya diikuti banyak orang di AS," ungkap Fany.

Fany yang sering berbagi pengalaman membuat aneka bahan makanan unik di hadapan chef hotel bintang lima di berbagai negara menyatakan, dia memiliki impian untuk menciptakan jasa kuliner dengan berbagai bahan alami serta memerhatikan sains di dalamnya.  "Saya percaya, kualitas jauh lebih berharga daripada kuantitasnya. Dan ini bukan sekedar menjual alat untuk mengolah makanan saja," katanya.

Adapun perkembangan gastronomi molekuler di Indonesia, kata Fany, memiliki masa depan cerah. Makanan asal Indonesia dinilainya lebih otentik dibandingkan makanan dari luar. "Banyak prospek yang layak dikembangkan dan perlu mendapat dukungan dari pihak-pihak lainnya," katanya.  (adi)

• VIVAnews

Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.

Kirim Komentar

Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post