kue pengantin tertua, diolah 113 tahun silam (daily mail)
VIVAnews - Dalam sejumlah tradisi di mancanegara, tak lengkap rasanya pernikahan tanpa kue pengantin besar. Sebagai ikon perayaan besar, kue pengantin lumrahnya habis dimakan atau dibagikan pada kerabat dan keluarga besar.
Namun, ada yang berbeda dari kue pengantin ini. Meski warnanya tidak lagi putih seperti kebanyakan kue pengantin, desainnya masih terlihat cantik lengkap dengan hiasan bunga. Hanya, muncul retakan di beberapa bagian.
Jangan bayangkan kenikmatan rasa manis yang muncul ketika Anda melumat kue pengantin ini. Kue pengantin ini sudah tidak layak dimakan, mengingat usianya yang sudah 113 tahun. Bahkan, dinobatkan sebagai kue pengantin tertua yang masih utuh.
Kue ini dibuat oleh salah satu toko kue pada 1898, pada masa pemerintahan Ratu Victoria. Hebatnya, kue ini masih utuh lengkap dengan detail-detail desain dan hiasan meski telah terkena ledakan bom pada Perang Dunia II.
Gula yang melapisi telah berubah warna menjadi coklat karena dimakan usia. Meski demikian, dikatakan bahwa bagian dalam kue ini masih lembab.
Awalnya, kue pengantin ini dipajang di jendela toko roti keluarga di Basingstoke, Hampshire, yang sudah tutup sejak 1964. Meski toko roti ini sudah tidak lagi berjualan, pemilikinya memutuskan untuk menyimpan kue tersebut di atas loteng.
Sebelum akhirnya disumbangkan ke Museum Willis di Basingstoke, kue tersebut tersimpan di loteng selama hampir satu abad.
"Kue ini telah disimpan dalam kondisi yang tidak menguntungkan. Suhu panas dan lembab di loteng menyebabkan gula meresap ke dalam dan menyebabkan warna yang lebih gelap," ujar kurator museum Sue Tapliss, dikutip Daily Mail.
Lucunya, menurut sang kurator, putri tukang roti yang ternyata belum menikah, di usia yang sudah lanjut memutuskan untuk menyumbangkan kue menjelang hidupnya. Alasannya, ia takut ada seseorang yang menemukannya di loteng dan berpikir ia telah dicampakkan di altar.
Namun, memindahkan kue pengantin tertua ini bukan perkara mudah. Meski akhirnya, kue tersebut berhasil dipindahkan dari loteng ke museum, lalu diawetkan dengan menyimpannya di dalam kotak gel silika untuk mencegah kerusakan lebih lanjut.
"Setelah penyelidikan menggunakan jarum suntik, ternyata bagian dalam kue masih sangat lembab. Celah besar pada kue kemungkinan karena getaran bom pada saat Perang Dunia Kedua," ujarnya.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar
' ); $.ajax({ type: "POST", url: "/comment/load/", data: "valIndex=" + a + "&articleId=" + b + "&defaultValue=" + c, success: function(msg){ $("#loadkomen").html(msg); //$(".balasan").hide(); } }) }