KOMPAS.com - Pekan mode Jakarta Fashion Week 2012 semakin meriah dengan kehadiran desainer belia, berusia 9, Rafi Abdurrahman Ridwan. Busana batik yang ringan dan feminin rancangannya juga menyegarkan, dan layak menjadi pilihan gaya busana kaum hawa.
Rafi adalah desainer istimewa, yang karyanya dinanti dengan antusiasme tinggi oleh penikmat fashion di Jakarta. Bukan karena ia masih belia, namun anak laki-laki ini memiliki kemampuan visual yang tak biasa. Kemampuan inilah yang membuatnya mampu menggambar sketsa busana perempuan, menggunakan alat gambar apapun dengan detil tanpa ada kesalahan.
Melalui fashion show bertema Echoes of Heritage, Rafi berkolaborasi dengan label aksesori Aarti-pieces of art dan label Purana Batik. Mengangkat label PAR (Purana, Aarti, Rafi), desainer belia ini menampilkan busana batik yang feminin siap pakai, dari sketsa yang ia buat dan kumpulkan.
Rafi semakin istimewa, karena desainer cilik yang mengaku terinspirasi oleh Barli Asmara, Sebastian Gunawan dan Tex Saverio ini, tak ingin dikasihani dengan keterbatasan fisiknya. Rafi memang tunarungu, namun dengan fokus pada kekuatan visual dalam dirinya, kelemahan fisik itu pun terkalahkan.
Rafi adalah contoh, bahwa setiap anak punya cita-cita dan berhak mewujudkan pilihan mimpinya.
Kepada Kompas Female, Rafi mengaku tak hanya ingin menjadi desainer busana ternama. Ia juga ingin memiliki banyak koleksi rancangan untuk mempercantik perempuan, mulai busana, aksesori, juga sepatu.
"Rafi ingin menggambar busana, sepatu, kalung, untuk anak laki-laki dan anak perempuan, bukan hanya perempuan dewasa. Rafi ingin menggambar sketsa 100 baju lagi. Rafi juga mau bertemu model Tyra Banks," katanya melalui penerjemah saat ditanya apa keinginan dan cita-citanya.
Orangtua Rafi, Shinta dan Ridwan mengatakan, Rafi mulai senang membuat sketsa di usia empat tahun. Tokoh dongeng Little Mermaid adalah sumber inspirasinya.
"Rafi suka Little Mermaid, tapi dia bertanya, mengapa Little Mermaid memakai baju terbuka. Saya berusaha menjawab yang ia bisa mengerti. Hingga akhirnya saya kehabisan jawaban. Lalu saya bilang ke Rafi, kalau begitu Rafi saja yang membuat baju untuk Little Mermaid. Sejak itulah ia terus menggambar untuk membuat baju Little Mermaid versinya," jelas Shinta saat konferensi pers di Jakarta, jelang fashion show di hari penutupan JFW 2012, Jumat, 18 November 2011 lalu.
Rafi pun mengembangkan bakat dan minatnya di dunia mode dengan belajar melalui buku dan internet. Murid homeschooling Kak Seto ini tak mengalami kesulitan belajar fashion berkat kemampuan visualnya yang tinggi.
Perancang aksesori Aarti, Ariani Pradjasaputra mengatakan Rafi bisa membuat sketsa dengan alat apapun yang ada.
"Ia tidak pernah membuat garis yang salah. Ia juga tidak menggunakan pinsil terlebih dahulu saat menggambar. Ia sangat visual, apa yang dilihatnya bisa menjadi inspirasi. Dia juga suka warna. Mungkin itu caranya mewarnai hidupnya," kata Ariani.
Kolaborasi Busana batik terusan, jumpsuit, jaket, coat, dengan padu padan motif batik Solo yang serasi, ditampilkan PAR di pekan mode jakarta. Pilihan warnanya cerah, lembut dan feminin. Busana batik rancangan Rafi juga kaya detil dan sarat permainan motif yang apik. Ia merancangnya dengan tingkat kedetilan yang tinggi. Rafi pun terlibat dalam pemilihan bahan.
"Nonita Respati dari Purana Batik mengajak Rafi memilih bahan. Kami ingin menumbuhkan kecintaan pada batik kepadanya sejak dini," kata Ariani menambahkan Rafi memilih sendiri tekstil yang akan digunakannya dalam merancang busana.
Mengenai proses kreatif kolaborasi, Ariani menjelaskan, "Prosesnya cepat hanya satu bulan, karena Rafi masih harus menjalani perawatan operasi telinga di Singapura atas bantuan LC Foundation," jelasnya.
Sementara untuk menyiapkan aksesori yang menyesuaikan busana rancangan Rafi, Ariani mengaku harus melakukan perjalanan ke Jawa selama satu minggu berburu bahan aksesori. "Saya mencari bahan dari kehidupan sehari-hari, besek, tikar, untuk dijadikan tas. Caping yang kemudian dijadikan tas ransel," jelas Ariani, yang juga adalah dosen desain produk, dengan latar belakang pendidikan Industrial Design Engineering dan Inovation Management.
Ariani juga menciptakan kalung dari bandul batik dengan menyesuaikan busana rancangan Rafi. Aksesori Aarti berpadu serasi memberikan kesan unik bergaya etnik saat dipadankan dengan busana batik buatan Rafi.
Dengan bimbingan dan pendampingan yang tepat, Rafi dapat semakin berkembang, kata Ariani. Sekarang saja ia bisa menggambar tiga dimensi. Meski sketsa yang ia buat cenderung couture, dengan bimbingan, kemahirannya di bidang fashion dan merancang busana akan terus terasah.
"Desainer sukses bukan karena karyanya disukai media atau banyak diperbincangkan, tetapi apabila karyanya diterima masyarakat," jelas Ariani menambahkan jika ingin menjadi desainer busana ternama, Rafi masih harus melakukan penyesuaian sketsa agar menyesuaikan dengan selera pasar.
Kepada orangtuanya lah, Ariani dan berbagai pihak yang peduli memberikan pesan. "Rafi tidak pernah bilang susah, dia suka merancang baju perempuan karena menurutnya bagus dan penuh warna warni," lanjut Ridwan, ayah Rafi.
LC Foundation selaku penggagas dan pendukung kolaborasi PAR ini berkomitmen men-mbantu Rafi, bukan hanya pengobatannya namun juga mengawalnya meraih mimpi sebagai desainer kenamaan Indonesia.
"LC Foundation fokus pada anak jalanan dan anak dengan keterbatasan. Dengan Rafi, semoga kolaborasi ini dapat berlanjut terus dan kami berkomitmen memberikan dukungan," kata Lia Candrasari, perwakilan dari LC Foundation.
Langkah Rafi masih panjang. Peragaan busana di pekan mode Jakarta merupakan langkah awal sarat makna untuknya meraih mimpi, menjadi desainer serbabisa.