Dibutuhkan Desainer Muda Berani Berimajinasi

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Dibutuhkan Desainer Muda Berani Berimajinasi
Dec 5th 2011, 06:18

KOMPAS.com - Masa depan fashion di Indonesia juga dipengaruhi keberanian desainer muda dalam berimajinasi mencipta karya fashion. Produk fashion tak hanya bisa dinikmati di panggung mode, namun juga oleh penikmat seni di pameran seni rupa misalnya. Bahkan, fashion juga perlu diapresiasi dengan berbagai cara berbeda, seperti menampilkan rancangan busana yang kreatif imajinatif dalam museum fashion misalnya. Museum fashion? Perancang busana ternama dan kurator fashion, Sebastian "Seba" Gunawan, berharap apresiasi terhadap fashion di Indonesia akan terus berkembang. Salah satu langkah awalnya adalah digelarnya pameran seni kontemporer di Jakarta yang melibatkan desainer busana muda untuk unjuk karya.

Desainer muda ini menampilkan produk fashion dalam instalasi tanpa model dan runway. "Busana rancangan desainer ini dipajang dalam pameran seni namun juga bisa dipakai. Ini adalah salah satu titik awal, untuk memberikan sesuatu yang berbeda bagi pecinta fashion, budayawan, penikmat seni," ungkap Seba saat jumpa pers di Jakarta beberapa waktu lalu.

Seba pun berharap, menampilkan fashion di pameran seni dapat membuka wawasan masyarakat dan meningkatkan citra Indonesia, terutama produk fashionnya. Bahkan pria yang mengaku pertama kali menantang diri sebagai kurator fashion ini, berharap ke depannya Indonesia juga memiliki museum fashion sebagai bentuk apresiasi atas fashion sebagai produk seni budaya.

Dengan begitu, bukan mustahil jika kemudian Jakarta juga dapat dikenal dunia sebagai salah satu kota fashion ternama. Pada awalnya kiblat fashion hanya mengacu pada Paris, namun lama kelamaan muncul kota-kota fashion lainnya seperti Milan, Tokyo, dan lainnya. Hal ini terjadi, karena negara memiliki perhatian dan apresasi tinggi terhadap fashion dan seni.

"Tidak ada di dunia yang bisa memanjukan karya seni kalau bukan bangsanya sendiri," tuturnya seraya menambahkan, "Fashion juga bisa berdiri sendiri sebagai seni."

Untuk menjadikan Jakarta sebagai salah satu kota fashion ternama di dunia, Seba menilai, kepekaan terhadap seni dan fashion perlu ditingkatkan. Indonesia juga perlu memiliki gaya yang khas, dan menjadi kekuatan fashion yang layak dibanggakan.

"Setiap negara memiliki gaya spesifik Jepang punya gaya yang kuat sehingga muncul Japanese style. Beda lagi dengan gaya di Perancis. Indonesia sebenarnya juga memiliki gaya yang spesifik namun kurang diperlihatkan. Indonesia punya tenun, ikat, batik, seni dan kerajinan dari bambu juga bisa dijadikan busana," jelasnya. Imajinasi liar desainer busana Di sinilah pentingnya peran desainer muda, untuk lebih berani berimajinasi dan menerima tantangan mengembangkan kreativitasnya.

"Desainer muda Indonesia harus mulai berani berimajinasi. Tak ada salahnya, mereka masih muda dan memiliki imajinasi yang bergejolak. Menciptakan karya fashion bernilai seni juga menjadi ajang promosi untuk mereka. Di luar negeri, menjadi desainer dan seniman memiliki perbedaan yang tipis sekali. Terlibat dalam pameran seni ini juga dapat menjadi cara mereka untuk dikenal di luar negeri, selain juga membuka kesempatan bekerjasama dengan artisan," jelasnya.

Meskipun memang, akunya, tak mudah menggarap karya fashion bernilai seni dan menggaet hati pelanggan dengan karya berbeda. Seba pun mengalaminya. Ia merupakan salah satu sosok desainer Indonesia yang berani menampilkan karya dengan imajinasinya, namun juga mampu memenuhi kebutuhan industri ritel fashion dengan rancangan siap pakainya.

"Dari 80 pelanggan, hanya 20 yang suka karya fashion bernilai seni. Namun 20 pelanggan inilah yang perlu terus dibidik, " kata Seba yang mengekplorasi berbagai kain tradisional dalam koleksi rancangannya.

Belum lama ini, Seba menampilkan ragam koleksi rancangan dalam satu acara pekan mode Jakarta. Seba menampilkan busana feminin siap pakai yang anggun dengan warna lembut. Namun di penutupan Jakarta Fashion Week 2012, ia juga menampilkan koleksi berbeda, dengan warna cerah dan berani, menggunakan ikat Rusia dan batik Garut.

Seba mengatakan, desainer lebih sering berinteraksi dengan pelanggan dalam menciptakan sebuah produk fashion yang juga bernilai seni. Meski begitu, desainer juga perlu menantang dirinya untuk mencipta karya fashion bernilai seni tinggi, untuk penikmat fashion juga penggemar seni.

Menjawab tantangan Seba, delapan desainer muda Indonesia menyanggupinya. Andreas Odang, Adesagi Kierana, Barli Asmara, Deden Siswanto, Didit Hediprasetyo, Jeffry Tan, Sapto Djojokartiko, Steven Huang menghadirkan karya fashion yang berbeda dalam pameran seni rupa kontemporer, PMR Cube di Jakarta, beberapa waktu lalu.

Barli Asmara, desainer kelahiran Bandung, 3 Maret 1978 ini mengakui perlu kepercayaan diri bagi perancang busana untuk tampil berbeda di pameran seni bukan di panggung mode.

"Berbeda rasanya tampil di pameran seni dengan tampil di  fashion show. Di pameran, karya dilihat lebih dekat dan setiap hari. Kekurangannya bisa terlihat lebih jelas. Namun ini justru menuntut desainer untuk bekerja lebih sempurna," ungkap Barli. 

Baginya, fashion dan seni punya satu kesatuan. Meski kali pertama mengikuti pameran seni, Barli percaya diri dengan fokus pada koleksi busana bernilai seni dan sejarah. Teknik makram yang digunakannya dalam merancang busana, merupakan warisan budaya yang menjadi kekuatan rancangannya.

"Teknik pembuatan busana memiliki nilai seni, namun busana juga dapat dipakai. Koleksi yang punya nilai sejarah inilah yang membuat saya percaya diri tampil di pameran seni rupa kontemporer," tandasnya.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post