Kalau Orangtua-Anak Telanjur Tak Kompak

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Kalau Orangtua-Anak Telanjur Tak Kompak
Dec 6th 2011, 12:34

KOMPAS.com - Kebersamaan dan kekompakan penting dihadirkan dalam sebuah keluarga. Adalah tugas dan tanggungjawab orangtua untuk menciptakan kekompakan dengan anak.

Psikolog keluarga Sani B Hermawan dari Lembaga Daya Insani menjelaskan tanda sebuah keluarga kompak di antaranya orangtua dan anak merasa dekat dan selalu ingin bersama.

"Jika tak bertemu atau tidak bicara dalam sehari rasanya ada yang kurang, ada yang hilang, meski jarang bertemu tapi secara emosional saling membutuhkan, ini adalah tanda-tanda atau tolak ukur kekompakan orangtua dan anak," katanya saat jumpa pers di Jakarta beberapa waktu lalu.

Komunikasi dua arah dengan kontak mata juga turut memengaruhi kedekatan emosional orangtua dan anak, dan akhirnya berdampak pada terwujudnya kekompakan di keluarga.

Dengan hadirnya kekompakan di rumah, anak pun akan lebih mudah berempati dengan kedua orangtuanya. Misalnya, jika orangtua sakit atau lelah sepulang bekerja, anak akan memahaminya.

"Sayangnya fenomena yang terjadi saat ini, saat waktu bersama kurang, kesempatan untuk bersama juga kurang, lalu gadget dan teknologi menggantikan komunikasi tatap muka, anak menjadi tak terlatih untuk berempati," jelasnya.

Nah, jika kekompakan belum tercipta di keluarga, belum terlambat untuk menghadirkannya. Apalagi jika Anda memiliki anak atau adik remaja yang tak kompak dengan orangtua juga seluruh anggota keluarga lainnya.

Sani menyarankan, kekompakan di keluarga lebih mudah dibangun sejak anak usia 2-5 tahun. Namun, jika anak menginjak usia sekolah dasar, apalagi remaja hingga 17 tahun, dan kekompakan belum terjadi, inilah yang harus Anda lakukan sebagai orangtua.

"Ciptakan emotional bonding dan bangun kepercayaan pada anak. Lebih banyak luangkan waktu untuk jalan bareng, melakukan sesuatu yang menyenangkan bersama anak, sesering mungkin," kata Sani.

Selanjutnya, ajak anak berdialog tentang hobinya, kesukaannya, apapun yang menyenangkan. Lakukan hal ini lebih sering sampai anak merasa nyaman dan muncul kepercayaan kepada Anda.

"Orangtua perlu berperan sebagai teman lebih dahulu, baru kemudian sebagai orangtua anak," sarannya.

Tahapan membangun bonding dan kepercayaan ini perlu dilakukan tiga bulan pertama. Selanjutnya pada tiga bulan kedua, orangtua atau orang dewasa di rumah bisa mengajak diskusi anak, terutama remaja, lebih mendalam mengenai masalah yang dialaminya.

"Diskusi mendalam dilakukan bertahap, setelah muncul bonding dan kepercayaan anak terhadap orangtua," kata Sani.

Dengan cara yang bertahap ini, perlahan keluarga Anda dapat mewujudkan kekompakan. Terutama kebersamaan dan kekompakan yang penting didapatkan anak remaja.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post