Jum'at, 23 Desember 2011 | 19:54 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Legenda Jazz Herbie Hancock, 71 tahun, memandang penting peran musik dalam menyampaikan pesan. Salah satunya pesan untuk siaga menghadapi bencana.
"Ini kekuatan musik yang berasal dari kreatifitas manusia," ujar Herbie, dalam diskusi bertajuk "Peran Musik dalam Membangun Budaya Siaga Bencana di Indonesia", Jumat, 23 Desember 2011, di Ruang America, Pacific Place Lantai III, Jakarta Selatan.
Menurut Herbie, menumbuhkan kesadaran bencana bisa dimediasi lewat bahasa universal musik. Apalagi, kata dia, musik mudah dicerna oleh masyarakat. "Musik dibuat dengan hati. Sehingga bisa menyentuh emosi manusia," kata Duta Kehormatan Badan PBB untuk bidang Pendidikan dan Kebudayaan (UNESCO) ini.
Dalam diskusi itu Hancock menyampaikan, alam bukanlah musuh. "Kita sendiri yang membuat bencananya. Untuk itu kita harus peduli," tutur Herbie, yang memakai batik lengan panjang perak.
Herbie mencontohkan album kompilasi terakhirnya berjudul "Imagine Project", memiliki pesan kemanusiaan. Album itu, digarap bersama musisi manca negara dengan tujuh bahasa.
"Album ini berisi pesan perdamaian dunia. Karena kita tidak bisa menunggu orang menciptakan kedamaian. Semua orang adalah pencipta. Kalau bukan kita, siapa lagi?" kata dia. Herbie mengaku banyak belajar tentang bencana saat kunjungan ke Indonesia.
Herbie berharap bisa bekerjasama dengan musisi Indonesia dalam membuat album sejenis. Namun ia tidak tahu kapan kesempatan itu datang. "Saya akan kembali ke Indonesia dalam waktu dekat," tutur pianis jazz asal Negeri Abang Sam ini.
Diskusi, yang berlangsung interaktif ini, dimoderatori musisi jazz tanah air, Dira Sugandi. Turut hadir sebagai pembicara, Roby Navicula, yang merupakan vokalis kelompok musik Navicula.
Roby merupakan pencipta lagu Supermaket Bencana, yang masuk dalam album kompilasi "Science in Music". Album ini berisi tentang keprihatinan bagi kebencanaan di Indonesia.
Pesohor lain yang hadir selain Roby adalah Christine Hakim yang merupakan duta kehormatan UNESCO. Sementara David dan Pepeng dari kelompok musik Naif hadir di penghujung acara. Diskusi diselenggarakan atas kerjasama UNESCO dengan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).
HERU TRIYONO