Jum'at, 23 Desember 2011 | 10:50 WIB
TEMPO.CO, Swedia - Kaum Adam yang ditinggal mati istrinya, misalnya karena sang istri terkena penyakit kanker, hendaknya tidak terus-menerus larut dalam kesedihan. Apalagi sampai memutuskan untuk menduda selamanya. Pasalnya, hasil penelitian paling anyar membuktikan menduda terlalu lama berpotensi mendongkrak terjadinya gangguan kesehatan mental.
"Duda yang memutuskan untuk tetap hidup sendiri setelah empat-lima tahun istrinya meninggal berisiko tinggi terkena depresi, kecemasan, gangguan tidur, dan ketumpulan emosinya," kata Professor Gunnar Steineck, salah satu anggota tim peneliti dari University of Gothenburg's Sahlgrenska Academy, Swedia. "Duda-duda seperti itu juga cenderung lebih sering menggunakan obat tidur dan antidepresan untuk menekan depresinya," ia menambahkan.
Seperti dilansir HealthDay News, Rabu lalu, penelitian ini melibatkan 691 duda yang istrinya meninggal akibat kanker. Sebagian di antara mereka memutuskan untuk tetap menduda hingga empat-lima tahun setelah istrinya tiada, sementara sebagian lagi memilih mencari pendamping hidup pengganti dalam kurun waktu yang sama.
Nah, kelompok yang terakhir, menurut hasil penelitian ini, ternyata kehidupannya relatif lebih baik. Sebab, mereka bisa berdamai dengan kenyataan yang ada, termasuk soal istrinya terdahulu yang telah tiada.
Dengan kata lain, temuan ini menunjukkan bahwa cinta baru dapat membantu mereka menyembuhkan rasa sakit yang disebabkan oleh kehilangan pasangan. Menurut tim peneliti, dukungan emosional dari pasangan baru ikut andil dalam mengurangi kesedihan para duda itu, sekaligus mencegah mereka dari gangguan dan kesehatan mental.
DWI WIYANA