Menjadi "Single Mom" yang Selalu Positif dan Bahagia

KOMPASfemale
KOMPASfemale
Menjadi "Single Mom" yang Selalu Positif dan Bahagia
Dec 22nd 2011, 04:31

KOMPAS.com - Setiap perempuan dapat menjadi superwoman. Superwoman memahami sepenuhnya siapa dirinya dan bagaimana ia menjalankan segala peran yang melekat padanya, termasuk sebagai ibu, dan memiliki alasan mengapa ia melakukan peran tersebut, selain juga ia tahu betul konsekuensi juga hasil dari setiap keputusan yang diambilnya dalam menjalankan peran-perannya.

Menjadi orangtua tunggal, dengan memutuskan berpisah dari suami yang berpoligami, adalah keputusan juga pilihan. Menjadi orangtua tunggal, dengan menjalani semua peran pengasuhan seorang diri, pencari nafkah keluarga, sekaligus menjalani perannya sebagai profesional adalah juga pilihan, dan bukan pekerjaan mudah bagi siapa pun ia.

Menjalani pilihan hidup dengan memahami konsekuensinya, ditambah dengan rasa syukur, bahagia, dan menguatkan diri dengan selalu berpikir positif, inilah yang menjadikan seorang Erlisativani Westriorini, seorang supermom.

Kepada Kompas Female, perempuan yang akrab disapa Erli ini berbagi pengalamannya menjadi orangtua tunggal lima tahun terakhir. "Saya bukan supermom, masih banyak kekurangan saya sebagai ibu," kata Erli merasa tak layak dinilai sebagai perempuan super, meski banyak kerabat yang mengakuinya. Menolak poligami Membuat keputusan untuk bercerai bukan perkara mudah bagi perempuan yang dikenal memiliki keluarga harmonis ini. Namun ia tahu betul dirinya, dengan memilih tak lagi hidup bersama suami yang dinikahinya 14 tahun. Suami yang memilih berpoligami, berbagai hati dengan perempuan lainnya, dan meninggalkan tanggung jawab sebagai ayah dan suami.

"Sebuah bentuk hati terbangun dari dua bagian yang nyaris sama lalu disatukan. Jika ada 'hati'  lain yang hadir, makan bentuk hati akan aneh. Faktanya, poligami menyebabkan ketidakwajaran dan ketidakpatutan dalam berbagai hal, terutama bagi anak-anak," Erli mengutarakan alasannya memilih bercerai dan menjalani konsekuensi hidup sebagai orangtua tunggal.

Kekuatan dalam diri Di balik keputusan untuk bercerai, Erli memiliki keyakinan sebagai sumber kekuatannya. Tak mudah memilih hidup sendiri. Namun perempuan kelahiran Kediri, 27 Januari 1968 ini memahami penuh mengapa ia harus mengambil keputusan tersebut.

"Saya mengambil keputusan berpisah lima tahun lalu dengan keyakinan bahwa hanya cinta Allah yang abadi. Kita semua adalah titipan yang kapan pun apa yang seolah milik kita akan diambil-Nya dengan cara apa pun. Kepemilikan saya terhadap mantan suami telah dianggap selesai oleh-Nya," tutur Erli mengungkapkan cara pandangnya melihat masalah keretakan hubungan pernikahan yang dialaminya.

Membangun kekuatan dari dalam diri, inilah yang dilakukan Erli saat memutuskan menjadi single mom. "Kita harus merasa kuat dengan doa, lalu dibarengi dengan berpikir dan bertindak positif. Karena kita tak mungkin memaksa orang lain mendukung apa pun ke diri sendiri," tuturnya.

Sikap positif inilah yang justru mendatangkan dukungan positif dari orang-orang di sekitarnya. Keputusan hidup mandiri dengan berbagai peran, sebagai ibu untuk tiga anak, dan sebagai profesional, menjadi lebih ringan dengan dukungan yang terus mengalir. Dari anak-anak, keluarga, dan teman baik yang juga berpikir positif terhadap pribadinya.

Anak-anak pemaaf Memiliki tiga anak laki-laki yang pemaaf dan ceria menjadi sumber kekuatan Erli sebagai orangtua tunggal. Bagi Erli, Damario Indra Bhaskara (17), Bramesha Dwindra Amarsakti (13), Trindra Kautsar Ariobimo (11), adalah anak-anak pemaaf yang selalu menghibur hatinya. "Mereka tidak menyimpan dendam sama sekali terhadap ayahnya, tetap menghormati dan sayang kepada ayahnya, meski berpisah," jelasnya.

Iman dan ilmu, inilah dua hal yang selalu ditanamkan Erli kepada anak-anaknya. Pengalaman pahit orangtuanya merupakan pembelajaran. Menurut Erli, dengan menanamkan pentingnya iman dan ilmu kepada ketiga anak laki-lakinya, ia yakin kelak mereka akan menjadi pemimpin yang bertanggung jawab. Ia berharap anak laki-lakinya memiliki kemandirian dan kemampuan untuk membuat keputusan dalam setiap tahapan kehidupannya.

Bimbingan Erli terhadap anak-anaknya membuahkan hasil. Anak sulungnya tumbuh sebagai pribadi mandiri, bahkan mendukung penuh ibunya, dengan memilih berkarier di industri hiburan sebagai model dan pelaku peran. Tanggung jawab berhasil ditanamkan Erli kepadanya, karena si sulung, Rio, juga membuktikan ia tetap berprestasi di sekolahnya. Rio menjadi contoh bagi kedua adik-adiknya, yang juga memiliki prestasi membanggakan.

Menjawab tantangan Keputusan menjadi single mom mendatangkan perasaan bersalah, karena melahirkan status sosial yang membuat anak-anak merasa berbeda dari kebanyakan anak lainnya. Inilah tantangan terbesar yang juga dirasakan Erli.

Tantangan lainnya adalah juga dengan menyeimbangkan peran profesional dan peran ibu. Erli adalah sosok profesional yang memiliki karier cemerlang sebagai Corporate Communication Manager Martha Tilaar Group.

Rasa bersalah dan tantangan untuk menyeimbangkan peran, dihadapi dengan berbagai cara oleh anak pertama dari lima bersaudara ini. Ia pun berhasil menjalankan tanggung jawab besar atas pekerjaan, namun tetap memiliki kedekatan bersama anak-anaknya.

Waktu yang sempit boleh jadi merupakan keterbatasan bagi ibu bekerja, namun bukan berarti tak ada cara untuk meningkatkan kedekatan yang menjadi sumber rasa kepercayaan anak terhadap orangtuanya.

"Saya merasa tidak mungkin menjadi role model bagi anak-anak karena saya perempuan. Waktu saya untuk mereka sempit karena harus bekerja dan mengurus segala hal yang dulu tidak saya lakukan ketika ada pasangan. Namun, semua hal itu saya siasati dengan hubungan yang berkualitas, komunikasi yang asyik, mengkondisikan kewajaran bagi anak-anak sehingga mereka tetap merasa 'normal', menikmati setiap keceriaan dalam hidupnya dan tetap berprestasi," Erli menjelaskan apa yang ia lakukan untuk menjawab tantangan menjadi single mom.

Kemampuan menghadapi berbagai tantangan menjadi orangtua tunggal, menjadikan Erli sosok single mom yang bahagia. "Saat ini saya cuma merasa sebagai seorang ibu yang bahagia. Memiliki anak yang sehat, baik, berprestasi. Saya bukan wonder woman yang sering orang bilang kepada saya. Saya juga punya kelemahan, terutama dari sisi yang harus atasi sebagai peran bapak untuk anak-anak," ungkapnya.

Menjadi orangtua tunggal memberikan pandangan baru bagi Erli. Ia meyakini, "Kini saya percaya, apa pun status seseorang, itu tidak akan menghalanginya untuk bahagia dan tidak juga lantas melepaskannya dari berbagai masalah," ungkapnya.

Erli memahami, siapa pun berhak bahagia. Inilah juga yang ditekankannya kepada anak-anaknya, bahwa tak ada alasan untuk tidak bahagia, tidak berprestasi, bagaimanapun kondisinya. Ia pun berhasil membuktikannya, dengan memiliki anak-anak yang mandiri, berprestasi, penuh cinta kasih, dan empati.

"Saya sangat menentang pendapat orang bahwa single mom itu penuh dengan masalah, banyak beban dan akan menganggu kinerja dan prestasinya. Selama kita berpikir dan bertindak positif, maka hal positif juga yang akan terjadi dalam kehidupan kita," kata Erli yang memahami orangtua tunggal memiliki tantangan sosial, harus berhati-hati bersikap karena masih harus berhadapan  pandangan masyarakat yang sensitif atas status sosial ini.

Bagi Erli, kebahagiaan adalah juga milik orangtua tunggal sepertinya, yang bisa didapatkan dengan selalu berpikir dan bertindak positif. Erli membuktikannya, dengan tak ada satu orang pun yang menyudutkannya dengan sikap atau perkataan negatif begitu menjalani status sebagai orangtua tunggal.  Justru dukungan dan sikap menghargai yang dirasakan dan diterima dari sekelilingnya, lantaran pribadi positif yang mengalir dari dalam diri.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.
If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post