Kamis, 19 Januari 2012 | 12:45 WIB
TEMPO.CO, Bandung - Pasien rahang kecil, Mahira Mujahida, 10 tahun, hari ini menjalani operasi di Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung. Operasi yang melibatkan selusin dokter dan ahli gizi itu dimulai pukul 08.00 WIB. "Diperkirakan berlangsung 3-4 jam," kata ketua tim dokter, Asri Arumsari, kepada Tempo sebelum operasi, Kamis, 19 Januari 2012.
Bungsu dari dua bersaudara pasangan Mufti Ali dan Anita, 34 tahun, asal Pandeglang, Banten, itu menderita penyakit langka. Dokter Asri menyebutnya sebagai micrognathia Pierre Robin Syndrome. "Diduga karena dagu anak tertekuk saat masih di janin," ujarnya.
Akibatnya, wajah Mahira di bagian mulut menjadi condong ke dalam karena rahang bawahnya lebih kecil dan sempit dibanding rahang atasnya. Kondisi itu membuatnya sulit bernapas sejak berusia 2 tahun. Tidurnya pun sejak itu tak pernah bagus dan pulas.
Kesulitan operasi pada pasien seperti itu, kata Asri, pada tahap awal yaitu pembiusan. Sebab anastesi memerlukan pernapasan yang lancar. "Kita pakai cara termudah dari mulut atau hidung. Kalau tetap sulit juga, terpaksa kita bolongi tenggorokannya untuk napas buatan," katanya.
Setelah dibius, dokter bedah akan mematahkan tulang rahang bawah Mahira secara vertikal. Letaknya di sekitar gigi geraham paling belakang. Selanjutnya, dokter memasang alat unidirectional mandibular distraction pada sepasang rahang bawahnya. "Kita pakai yang tiga lubang sekrup karena rahang pasien kecil," ujar Asri.
Alat pesanan yang diimpor dari Jerman itu berfungsi sebagai jembatan penghubung antara rahang bawah yang telah dipatahkan. Nantinya, sepekan setelah operasi pemasangan, dokter akan mengatur alat di dalam mulut agar memanjang dan bisa mengejar pertumbuhan dengan rahang atas.
Pemanjangan alat itu setiap hari 1 milimeter sampai 20 hari. "Kita sudah ukur kekurangan panjang rahang bawah dibanding rahang atas Mahira hanya 20 milimeter atau 2 sentimeter," katanya. Seperti empat pasien serupa sebelumnya, tim dokter RS Hasan Sadikin baru akan membuka alat tersebut setelah enam bulan.
Sehari sebelum operasi, Mahira, yang dirawat di ruang 307 gedung Parahyangan RS Hasan Sadikin, terlihat tenang. "Enggak takut," katanya saat ditemui Tempo kemarin. Setelah diperiksa empat orang dokter sejak pagi, siswi kelas 4 SD Kadumerak itu tetap santai menonton drama Korea sambil minum jus di ranjang rumah sakit.
ANWAR SISWADI