Kamis, 19 Januari 2012 | 13:52 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Monosodium Glutamate (MSG) adalah salah satu bahan penguat rasa yang telah menimbulkan banyak kontroversi. Sebagian ilmuwan mengkhawatirkan soal keamanan penggunaan MSG pada kesehatan. Selama puluhan tahun MSG masih dikaitkan dengan penyebab penyakit kanker, serangan jantung, obesitas, asma, serta penyakit lainnya, bahkan berpengaruh pada kecerdasan. Meski demikian, sebagian ilmuwan lain menilai MSG adalah bahan bakanan yang aman untuk dikonsumsi.
MSG, masyarakat menyebutnya vetsin atau micin, adalah bahan penyedap makanan berbentuk tepung kristal putih. Bahan ini mudah larut dan tidak berbau. Unsur pokok yang terkandung dalam MSG adalah glutamate 78,2 persen, natrium 12,2 persen, dan H20 9,6 persen.
Dalam kehidupan sehari-hari, MSG banyak dipakai untuk keperluan rumah tangga maupun industri makanan dan diperjualbelikan secara bebas. MSG di dunia dikonsumsi secara luas di berbagai negara, seperti Cina, Eropa, Amerika, Korea, Jepang, Thailand, juga Indonesia.
Berdasarkan survei yang dilakukan Persatuan Pabrik Monosodium Glutamat & Asam Glutamat Indonesia (P2MI), konsumsi MSG di Indonesia meningkat dari 100.568 ton pada 1998 menjadi 122.966 ton pada 2004 (diperkirakan 1,53 gram/orang/hari). Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar 2007, MSG dikonsumsi oleh 77,8 persen populasi Indonesia. Negara yang paling banyak mengkonsumsi MSG per kapita adalah Cina, sementara Amerika Serikat adalah yang paling sedikit.
Sumber: Review Kontroversi Monosodium Glutamat
ANGUIS HEALTH DISCUSSION BOARD | AMIRULLAH