Karyawati di depan komputer (inmagine.com)
VIVAnews - Pekerjaan yang menumpuk membuat seseorang kerap bekerja lembur untuk menyelesaikannya. Namun, jangan terlalu sering bekerja hingga larut. Sebuah studi menemukan, pekerja yang menghabiskan waktu 11 jam atau lebih untuk bekerja dua kali lipat lebih rentan mengalami depresi.
Peneliti asal Inggris, seperti dikutip Daily Mail, mengemukakan bahwa seorang yang bekerja 11 jam sehari atau 55 jam seminggu menghadapi risiko gangguan mental lebih tinggi daripada mereka yang bekerja dalam waktu normal. Dan mereka yang paling rentan mengalami depresi di tempat kerja adalah karyawati, karyawan pemula serta mereka yang diupah rendah.
Studi melibatkan lebih dari 2.000 pegawai negeri sipil di Whitehall yang memiliki variasi pekerjaan, gaji dan jam kerja serta direkrut pada awal 1990. Usia karyawan antara 35 hingga 55 tahun.
Enam tahun kemudian, ilmuwan dari Universitas London dan Finlandia menemukan adanya asosiasi kuat antara bekerja lembur dan depresi. Lembur juga dapat memengaruhi gaya hidup menjadi tidak sehat, status perkawinan dan tingkat stres dalam pekerjaan. Karyawan yang disurvei pada studi tahap dua ini bahkan mengungkap 66 orang atau 3,1 persen mereka yang disurvei pernah mengalami 'episode depresi berat'. Ilmuwan menemukan, mereka yang bekerja 11 jam atau lebih 2,5 kali lebih mungkin mengalami depresi daripada mereka yang bekerja 7-8 jam.
Tetapi ilmuwan juga menemukan karyawan pria yang bekerja lembur namun memiliki penghasilan tinggi memiliki tingkat depresi yang relatif rendah. Sementara wanita berpenghasilan tinggi yang lembur lebih mungkin mengalami depresi.
Kurang Efisien
Para peneliti mengatakan, tampaknya beberapa orang memiliki 'bantalan' untuk menghindari stres dengan cara menikmati pekerjaan mereka. Atau ada juga yang didukung penuh oleh staf dalam menyelesaikan tugas.
Pekerja yang lebih muda rentan terkena stres dikarenakan mereka mencoba unggul dalam karier, namun di satu sisi menghadapi tuntutan keluarga dan keuangan.
Penulis studi, Profesor Stephen Stansfeld, dari Queen Mary, Universitas London, mengatakan, "Orang yang bekerja dengan jam sangat panjang mungkin bekerja kurang efisien. Mereka perlu berpikir tentang kesehatan serta stres yang mungkin terjadi dalam kehidupan mereka," ujarnya seperti dikutip Daily Mail.
Studi ini diterbitkan hari ini di jurnal PLoS ONE.
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar