(REUTERS/ Luke MacGregor)
VIVAnews - Tato kini tak hanya dianggap sebagai tren belaka. Namun, ia bisa menjadi dokumentasi, cermin kesukaan, dan imaji untuk menyampaikan atau mengekalkan pesan.
"Seni tato saat ini sudah berbeda dengan masa lalu. Perjalanannya terus mengalami kamajuan," kata seorang seniman tato, Ajeng Woro Kusumaningrum, di Sutos Plasa, Minggu, 15 Januari 2012.
Menurut Ajeng, dulu seni tato hanya digunakan sebagai simbol tanpa makna macam-macam yang mendalam. Sekarang, orang membubuhkan tato di bagian tertentu dari tubuhnya sebagai, salah satunya, sarana penyampai pesan.
"Dulu gambar tato yang dipilih hanya simbol-simbol tertentu. Sekarang bisa berupa foto anggota keluarga atau orang yang dianggap istimewa," lanjut wanita asal Yogyakarta yang membubuhkan gambar foto sang ibunda di paha kanannya.
Seiring berjalannya waktu, pandangan negatif tentang tato juga bergeser. Ia kini lebih dipandang sebagai produk artistik bernilai.
Selain Jakarta, Yogyakarta atau Bali, peminat tato di Surabaya juga tidak sedikit. Dan penggemarnya tidak hanya kaum pria, namun juga para wanita.
"Di tubuhku sudah ada tiga gambar. Yang ini gambar foto anak dan suami," kata Renny asal Surabaya.
Dengan kemajuan teknologi, jasa pembuat tato pun mulai bergeser mengikuti tren. Proses pembuatan tato telah menggunakan sejumlah peralatan canggih, termasuk tinta impor yang bersih. Semua perlengkapan itu tidak hanya ditujukan untuk mendapat hasil gambar yang sempurna, namun juga menghindarkan efek samping pada penggunanya.
Jelang perayaan Imlek bulan ini, sejumlah orang terlihat tak ingin melewatkan kesempatan membubuhkan gambar-gambar oriental yang ada kaitannya dengan Imlek.
"Saya sengaja order gambar naga. Ini untuk menandai tato yang saya buat sesaat menjelang Imlek," kata Teguh.
--
Laporan : Tudji Martudji | Surabaya
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar