KOMPAS.com - Sudah habiskah persediaan makanan dan cemilan lain yang Anda sediakan untuk menemani acara begadang pada malam tahun baru? Hati-hati, Anda perlu segera mengamati kondisi kesehatan Anda setelah ini. Banyak dari kudapan siap saji yang Anda sediakan saat liburan, atau sehari-hari, tak hanya mengandung lemak jenuh, tetapi juga lemak trans. Sebagian besar lemak jenis ini disintesiskan secara artifisial melewati proses kimia yang menambahkan hidrogen ke dalam minyak sayur. Hal ini sama dengan mengubah minyak cair menjadi lemak padat.
Lemak trans ini mampu membuat rasa makanan menjadi lebih lezat, dan tahan lebih lama di rak-rak penyimpanan di supermarket. Namun, efeknya lebih membahayakan bagi jantung. "Lemak trans meningkatkan kolesterol jahat, seperti yang dilakukan lemak jenuh, namun juga meningkatkan peradangan dan menurunkan kolesterol baik yang melindungi kita dari penyakit jantung," kata Andrea Giancoli, RD, MPH, juru bicara American Dietetic Association, di Hermosa Beach, Calif.
Repotnya, lemak trans seringkali "bersembunyi" di dalam makanan yang biasa kita kudap sehari-hari, dan seolah-olah tidak memengaruhi kondisi kesehatan kita sama sekali. Berikut lima contohnya.
Kentang goreng Tak ada yang lebih adiktif ketimbang nongkrong bersama teman-teman sambil mengunyah kentang goreng yang dicocol saus sambal atau mayones. Salah satu hal yang membuat kentang goreng tak baik dikudap terlalu sering adalah karena bahan makanan ini digoreng dalam minyak banyak dan panas. Suhu yang tinggi bisa menyebabkan minyak yang tergolong "sehat" seperti kanola pun bisa mengalami perubahan, dan menimbulkan formasi radikal bebas. Proses deep frying juga meningkatkan kalori dan kandungan lemak. Usai ditiriskan dari penggorengan, kentang goreng biasanya juga ditaburi garam yang banyak. Kadar sodium yang tinggi tidak baik untuk jantung dan tekanan darah. Selain itu, Anda tak mungkin hanya mengunyah satu atau dua iris kentang goreng, kan?
Selain kentang goreng, makanan apapun yang digoreng secara deep-fried juga sebaiknya tidak dikonsumsi terlalu sering. "Anda tentu bisa bertanya mengenai minyak yang digunakan untuk menggoreng," kata Giancoli. "Tetapi meskipun menggunakan minyak sayur, minyak itu masih bisa terhidrogenasi." Jalan terbaik adalah membatasi konsumsi makanan gorengan.
Kue-kue dan pai Pai maupun keraknya (pie crust) mengandung kalori dan lemak yang tinggi. Bila Anda membeli pai, sebaiknya tak usah memakan bagian keraknya. Namun jika Anda biasa membuat pai atau kue-kue lain yang dipanggang sendiri, Anda bisa mengurangi kandungan lemak dan kalorinya. Misalnya, dengan mengurangi jumlah mentega, margarin, gula, dari yang dituliskan dalam resep. Kemudian gunakan keju rendah lemak dan susu rendah lemak untuk menggantikan susu full cream. Tambahkan juga bahan-bahan lain yang mengandung serat, atau buah-buahan alami untuk menambah rasa manis dan segar.
Menu sarapan dari resto siap saji Banyak resto siap saji yang menawarkan menu sarapan seperti donat, muffin, atau sandwich. Kesannya memang kecil dan ringan, tetapi jenis makanan ini juga perlu diwaspadai. Sandwich, misalnya, hindari yang berisi beef bacon atau daging lain yang diasinkan. Rasanya memang renyah dan gurih, tapi bayangkan berapa kandungan lemak jenuh, garam, dan kolesterol yang membuatnya jadi lezat. Perhatikan juga kandungan nitrat, atau bahan pengawet yang digunakan untuk mempertahankan warnanya. Makanan lain yang menggunakan bahan pengawet ini biasanya hotdog, sosis, dan irisan tipis daging yang disajikan dingin.
Makanan beku Gaya hidup yang serbasibuk cenderung akan diantisipasi dengan cara yang serbapraktis. Selain mengunjungi restoran siap saji, kita juga sering menyimpan berbagai makanan beku seperti pizza, atau sejenisnya. "Bacalah label kemasan dengan hati-hati ketika Anda ingin membeli makanan beku," saran Giancoli. Kemungkinan besar makanan ini juga mengandung lemak trans. Selain agar makanan lebih tahan lama, juga untuk memberikan rasa yang lebih gurih.
Sumber: Shine