Pengantin cilik di Katmandu Nepal (Reuters)
VIVAnews - Bhintuna, gadis berusia sembilan tahun duduk sembari tersenyum dalam balutan gaun pengantin tradisional berwarna merah dan emas. Sambil memegang sebuah nampan, ia menunggu giliran dalam sebuah ritual suci pernikahannya dengan dewa pelindung dalam agama Hindu, Wisnu.
Gadis yang duduk di sekolah dasar ini hanyalah salah satu dari puluhan gadis cilik yang ikut ambil bagian dalam tradisi Bibaha IHI atau Bel, tradisi unik di Komunitas Newar di Nepal. Setiap anak perempuan yang belum mencapai masa pubertas harus melangsungkan pernikahan dengan Dewa Wisnu.
"Sangat menyenangkan. Saya senang memakai pakaian baru dan bersama begitu banyak teman," ucap Bhintuna seperti dikutip kantor berita Reuters.
Ritual yang dilakukan semua anak perempuan sebelum memasuki masa pubertas. Ini adalah satu dari tiga pernikahan dalam kehidupan setiap anak perempuan di komunitas Newar.
Dalam upacara berikutnya, para anak perempuan akan 'menikahi' matahari dengan menghabiskan 12 malam di ruang yang gelap pada usia 11 atau 13 tahun. Ritual ini dipercaya akan memberi perlindungan tambahan bagi setiap gadis. Sementara, pernikahan yang terakhir akan terjadi dengan suami sebenarnya, dan biasanya terjadi saat usia 25 tahun.
Kendati asal-usul tradisi Bel tidak jelas, Rajopadhyaya Rajendra, imam yang memimpin upacara mengatakan ritual telah berlangsung setidaknya selama beberapa abad terakhir. Dalam sebuah kisah, orang tua seorang gadis menikahkan anaknya kepada Dewa Wisnu yang dianggap dewa pelindung, agar anak mereka selalu dilindungi.
Ritual yang berlangsung di sebuah kuil di Kathmandu dan ditonton ratusan orang, 80 anak perempuan berusia 6 hingga 9 tahun membawa nampan dan menunggu giliran menjadi 'pengantin' Dewa Wisnu.
Sesaji yang dibawa dalam nampan beraneka antara lain beras, pisang dan bubuk vermilion diletakkan saat mereka berada dalam pangkuan orang tua sebelum "menikahi" buah yang dibuat dari pohon apel sebagai representasi dewa Wisnu.
Setelah upacara, pengantin wanita akan makan daging kerbau dan nasi serta minum minuman keras buatan sendiri mirip vodka yang disebut "aela".
Ibu Bhintuna, Sirjana Sakya, 36, yang duduk disamping putrinya mengatakan ritual ini mengingatkan dirinya pada pengalaman masa kecilnya. "Saya pikir anak saya akan menjadi mandiri secara emosional dan mampu mengurus dirinya sendiri dengan bawah perlindungan suaminya yang suci," katanya.
Dia menambahkan merasa senang karena dapat menjaga budaya bangsanya. Nepal secara resmi menjadi negara sekuler dan menghapus monarki Hindu sejak 2008. Tetapi mayoritas penduduk dari keseluruhan 26,6 juta jiwa penduduk negara ini merupakan penganut Hindu taat. (eh)
Baca juga: Pria Thailand Nikahi Jenazah Kekasih
Bukan Angry Birds, tapi Angry Brides
Menikah Lagi Setelah Suami Ganti Kelamin
• VIVAnews
Belum ada komentar untuk ditampilkan pada artikel ini.
Kirim Komentar
Anda harus Login untuk mengirimkan komentar