WHO membantah hasil penelitian bahwa jumlah kematian akibat malaria hampir dua kali lebih banyak dari perkiraan sebelumnya.
Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) membela pernyataannya mengenai jumlah kematian akibat malaria di dunia dan membantah penelitian baru yang menyatakan jumlah orang meninggal akibat malaria hampir dua kali lebih banyak dari perkiraan sebelumnya.
Penelitian itu, yang muncul dalam jurnal kesehatan Inggris, The Lancet, melaporkan bahwa lebih dari 1,2 juta orang meninggal akibat malaria pada tahun 2010, atau hampir dua kali lebih banyak dibandingkan hasil perhitungan WHO sebanyak 655 ribu kematian.
WHO juga membantah klaim penelitian itu bahwa orang dewasa sama rentannya seperti anak Balita untuk meninggal akibat malaria.
Jurubicara WHO Gregory Hartl hari Jumat memberitahu VOA bahwa ada perbedaan penting dalam statistik anak berusia di atas lima tahun dan orang dewasa di Afrika. Dikatakan, hasil penelitian yang dimuat dalam The Lancet itu menggunakan metodologi berbeda dan sumber-sumber data yang kurang bisa diandalkan dalam mencapai kesimpulannya.
Hartl mengatakan, ia percaya umumnya orang yang bertahan hidup dari malaria pada usia lima tahun, nantinya akan lebih kebal terhadap penyakit yang ditularkan nyamuk ini. Ditambahkan, dalam banyak kasus, penyakit-penyakit yang bukan malaria adalah penyebab kematian paling mungkin di kalangan orang dewasa.
Tapi jurubicara WHO itu sependapat dengan penilaian tim peneliti di University of Washington di Seattle, yang melakukan penelitian baru itu, bahwa kematian terkait malaria telah menurun. Ia mengatakan, diagnosis dan pengobatan dini bisa mencegah kematian akibat malaria. Menurut WHO, distribusi ratusan juta kelambu yang direndam obat anti nyamuk bagi mereka yang berisiko malaria telah mencegah banyak orang tertular penyakit mematikan itu.