Kompas.com - Kulit yang sempurna adalah kulit yang mulus tanpa ada bekas luka yang menonjol dan menyebabkan ketidaknyamanan. Bekas luka tidak hanya membuat penampakan kulit kurang estetik, tapi juga bisa menganggu fungsi gerak. Dengan perawatan luka yang benar bekas luka bisa disamarkan.
Timbulnya parut bekas luka atau disebut juga dengan scar adalah hal yang alamiah pasca terjadinya luka pada kulit. Makin besar kerusakan kulit dan makin lama penyembuhannya, makin besar pula kemungkinan terjadinya bekas luka yang nyata.
Proses penyembuhan luka, menurut penjelasan Dr.Teddy Prasetyono, ahli bedah plastik dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, adalah proses yang kompleks dan memerlukan waktu. Proses tersebut dibagi ke dalam tiga fase, yakni fase peradangan (umumnya berlangsung 5 hari setelah terjadinya luka), fase perkembangbiakan parut (proliferasi), yakni tertutupnya luka dengan kulit ari yang baru yang berlangsung sampai 3 bulan, dan proses pematangan yang bisa berlangsung antara 1-2 tahun.
"Fase dua sering dianggap sebagai sembuh, padahal itu baru tertutupnya kulit ari. Sembuh dalam arti sebenarnya adalah proses pematangan, yang ditandai dengan warna bekas luka tidak kemerahan lagi, tidak gatal, lembut, dan fleksibel" kata Teddy dalam acara media edukasi Perawatan Parut Bekas Luka yang diadakan oleh Dermatix Ultra di Jakarta, Jumat (21/9).
Ada banyak faktor yang berpengaruh pada terjadinya scar, antara lain luka sembuh sendiri tanpa dirawat, kurangnya kelembaban kulit, lokasi luka, dokter bedah kurang terampil, usia, waktu sembuh yang lama, serta faktor keturunan.
"Scar yang tidak normal adalah yang menyebabkan keloid atau hipertrofi yakni bekas luka tebal dan lebar sesuai dengan bekas lukanya," kata Teddy.
Semua bekas luka pada dasarnya bisa ditangani. Dunia kedokteran menawarkan berbagai perawatan bekas luka, antara lain melalui pembedahan, injeksi untuk menipiskan bekas parut yang tebal, penyinaran, hingga pemakaian "baju" kompresi. Namun, metode konvensional tersebut umumnya mahal dan menimbulkan sakit.
Untuk mencegah timbulnya bekas luka, Teddy menyarankan agar bekas luka sejak awal ditangani oleh dokter. Penilaian akan perjalanan luka atau hasil akhir bekas luka bisa dilakukan oleh dokter bedah plastik. "Luka yang ekstrem dan sudah terlalu lama biasanya sulit ditangani, karena itu sejak awal terjadinya luka wajib diperhatikan," katanya.
Saat ini sudah tersedia obat-obatan topikal (oles) untuk mencegah terjadinya parut. Menurut Prof.Massimo Signorini, penggunaan gel silikon cukup efektif mencegah scar karena bekerja dengan menekan proses pembentukan kolagen yang menjadi salah satu faktor terjadinya bekas luka yang menonjol.
"Saat terjadi luka yang menyebabkan tidak adanya lapisan kulit ari, akan terjadi evaporasi air dalam lapisan kulit sehingga kulit menjadi kering. Hal itu akan membuat kulit menjadi kaku dan gatal," kata Signorini dalam kesempatan yang sama.
Penggunaan gel silikon akan membuat bekas luka yang tegang dan kaku menjadi lunak selama proses penyembuhan sehingga hasil akhirnya bekas luka lebih lembut dan tidak menonjol.