KOMPAS.com — Lindungilah kepala anak dari cedera karena trauma di bagian kepala bisa mengubah sinyal di otak yang memicu perilaku kriminal.
Survei yang dilakukan terhadap 200 narapidana di Inggris menemukan sekitar 60 persen narapidana pernah mengalami cedera di kepala.
Hasil penelitian yang dilakukan tim dari Universitas Exeter menunjukkan, cedera kepala bisa menyebabkan rusaknya bagian otak yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan dan mengontrol dorongan.
Dalam laporan terbaru, Profesor Huw Williams menyebut cedera pada otak tersebut sebagai epidemi sunyi (silent epidemic).
Cedera pada kepala paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja akibat terjatuh, cedera saat olahraga, atau kecelakaan di jalan. Trauma pada otak itu bisa menyebabkan kehilangan memori.
"Otak yang masih muda dan masih berkembang lebih rentan sehingga sering menjadi bagian pertama yang cedera. Efeknya bisa serius seperti gangguan konsentrasi, perhatian, serta mengatur mood dan perilaku," kata Williams.
Ia mengatakan, cedera pada otak jarang dipertimbangkan oleh pengadilan saat menetapkan perlunya rehabilitasi bagi pelanggar hukum.
Seseorang dengan gangguan perkembangan saraf atau cedera otak mungkin memahami benar dan salah, tetapi tidak tahu konsekuensi dari tindakan mereka.