KOMPAS.com - Banyak perusahaan saat ini menghadapi problem yang sama: karyawan muda yang merasa bekerja selama setahun rasanya sudah seperti 10 tahun. Akibatnya, tingkat pergantian karyawan baru di perusahaan cenderung tinggi. Setelah bekerja paling lama 1,5 tahun, karyawan yang bersangkutan memilih untuk mengundurkan diri. Alasannya, untuk mengejar gaji yang lebih baik di perusahaan lain.
Tetapi benarkah demikian? Penelitian dari Stanford Graduate School of Business membuktikan, meskipun kurangnya kesetiaan karyawan dari Generasi Y ini menjadi masalah buat perusahaan, namun hal itu juga menimbulkan masalah keuangan untuk karyawan itu sendiri.
Job hopper, atau si kutu loncat, orang yang gemar berpindah-pindah kerja itu, sebenarnya penghasilannya lebih sedikit ketimbang mereka yang memilih bekerja lebih lama di satu perusahaan, demikian menurut penelitian yang dipimpin oleh Kathryn Shaw, profesor dari Stanford itu. Mereka yang memiliki pengalaman lima tahun bekerja di perusahaan yang sama rata-rata menerima kenaikan gaji tahunan 8 persen, lebih tinggi ketimbang para job hopper yang menerima kenaikan gaji tahunan 5 persen. Karyawan yang loyal juga cenderung lebih produktif dan kreatif ketimbang yang sering berpindah kerja.
"Berpindah kerja terus-menerus untuk mencoba mengejar gaji yang paling baik itu sebenarnya tidak dianjurkan. Kalau Anda mempekerjakan seseorang yang memiliki penghasilan tinggi saat ini, dan melihat sumber-sumber penghasilannya, apa yang mereka lakukan untuk mencapai penghasilan tinggi tersebut, dan bagaimana melakukannya, adalah dengan bekerja pada satu atau dua perusahaan, bukan yang berpindah kerja terus-menerus," papar Shaw, yang meneliti 50.000 karyawan perusahaan software di Silicon Valley.
Pendapatnya disepakati oleh Richard Dukas, CEO Dukas Public Relations, sebuah agensi PR finansial. Menurutnya, orang boleh saja berpindah-pindah kerja jika niatnya adalah untuk mencari karier yang lebih baik, atau untuk mendapatkan lebih banyak tantangan. Dan, ketika melakukan wawancara kerja, si kutu loncat tetap harus berhati-hati mengenai alasan mereka melakukannya.
"Jika Anda ingin mengejar peluang lain, lakukan dengan alasan-alasan yang tepat, dan jangan terlalu sering melakukannya. Lakukan karena Anda masih mencari karier yang tepat untuk diri Anda, mencari panggilan atau passion Anda," ujarnya. Lagipula, kadang-kadang ada situasi di mana Anda memang sudah waktunya resign dan mencari tantangan baru.
Selain itu, Dukas menambahkan, perusahaan akan mudah menangkap gelagat bila alasan Anda terus-menerus berganti pekerjaan adalah karena Anda mengejar jabatan dan gaji lebih besar. Pada akhirnya, motivasi Anda ini akan berbalik merugikan Anda. Beberapa perusahaan tetap lebih mengutamakan karyawan yang memiliki loyalitas tinggi. Selain itu, mengejar gaji besar tanpa mencintai pekerjaannya juga akan membuat Anda tidak bekerja dengan totalitas yang diinginkan perusahaan.
Sumber: Business Insider
Editor :
Dini