KOMPAS.com - Apa beda maling ayam dan maling kartu kredit? Maling ayam mungkin memakai metode yang itu-itu saja untuk mencuri. Sedangkan maling kartu kredit punya banyak cara (dan canggih pula!) untuk mencuri data pribadi Anda untuk kemudian menyalahgunakannya. Namun, pada dasarnya proses pencurian itu terjadi ketika kita lengah, tidak memerhatikan apa yang kita miliki dengan baik.
"Orang-orang semakin sibuk dan kurang peduli (dengan apa yang dimilikinya)," tutur Beverly Harzog, pakar kartu kredit, penasihat konsumen, dan kontributor CardRating.com. Untuk menghindari seseorang mencuri informasi pada account kartu kredit Anda, hindari beberapa kesalahan berikut ini.
1. Membiarkan kartu kredit lepas dari perhatian Anda
Proses skimming biasanya terjadi ketika Anda memberikan kartu kredit pada petugas toko, dan tidak memerhatikan bagaimana si petugas memperlakukan kartu kredit Anda. "Skimming terjadi ketika seseorang menggesek kartu kredit melalui perangkat yang disebut skimmer, yang akan merekam informasi kartu kredit Anda lalu menggandakannya menjadi kartu lain untuk disalahgunakan," jelas John Ulzheimer, Presiden Consumer Education untuk SmartCredit.com.
Repotnya, proses skimming sulit dicegah. Satu-satunya cara untuk mencegahnya adalah dengan mengamati kartu kredit Anda selama berada di tangan kasir toko atau restoran. Jangan tinggalkan kartu Anda di atas meja kounter selagi Anda menandatangani bon pembelian. Orang di belakang Anda bisa saja mengintip atau memotret kartu kredit Anda melalui ponsel.
2. Tanpa sengaja memberikan data diri pada "oknum"
Mungkin Anda tidak memberikan account number atau password pada orang lain. Tetapi, Anda bisa saja jadi korban pengelabuan (phishing), versi yang lebih canggih dari penyalahgunaan (fraud). Caranya, Anda mungkin masuk ke situs-situs atau email yang seolah legal, yang diciptakan scam artist untuk mendapatkan data diri Anda, demikian menurut Ulzheimer. Anda mungkin akan menerima email yang meminta Anda untuk memasukkan informasi untuk mengaktifkan account Anda di sebuah situs. Bisa juga Anda memasuki toko-toko online yang sebenarnya sudah tidak beroperasi, lalu dimanfaatkan para oknum untuk menipu.
Jika Anda menerima pesan semacam itu, jangan mengklik link-link yang ditawarkan atau mengisi formulir online. Anda bisa menelepon bank penerbit kartu kredit untuk menanyakan apakah ada pihak-pihak yang berusaha mengakses account kartu kredit Anda. Jika Anda curiga Anda menjadi sasaran korban phishing, mintalah bank memberikan proteksi password atau tambahan pengamanan lainnya, saran Mitch Lipka, penasihat konsumen dan kolumnis The Boston Globe.
Baca juga: Pilih Sistem Pembayaran Online yang Aman!
3. Tidak menandatangani bagian belakang kartu kredit Anda
Biasanya pemegang kartu kredit enggan menandatangani kartu kreditnya karena takut tandatangan Anda ditiru. "Padahal, jauh lebih penting bila Anda melindungi kartu kredit daripada tandatangan Anda," tegas Lipka. Tandatangan akan menunjukkan bahwa kartu kredit tersebut memang milik Anda, ketika kasir toko sedang berusaha membandingkan bon pembelanjaan yang Anda tandatangani dengan tandatangan pada kartu kredit. Kalau kartu kredit tidak Anda tandatangani, dan kartu tersebut dipegang orang lain, tentu ia bebas berbelanja dengan menorehkan tandatangannya sendiri.
4. Membuang surat yang amplopnya belum dibuka
Akan selalu ada orang iseng yang membuka amplop surat Anda dan mencuri data diri Anda. Pencuri data pribadi nasabah juga akan mengetahui pola belanja Anda, sehingga ia bisa memanfaatkan kartu kredit Anda dengan cara yang tidak terlalu mencolok. Lebih baik, hancurkan dulu surat-surat tagihan semacam itu. "Menghancurkan (surat-surat) itu simpel, dan tidak banyak kok orang jahat yang iseng menempelkan robekan kertas itu satu per satu," kata Lipka.
5. Tidak memberitahu bank penerbit kartu kredit ketika Anda pindah rumah
Jika tagihan kartu kredit Anda masih dikirimkan ke rumah, laporkan pada bank jika Anda sudah pindah rumah. Dengan demikian, alamat penagihan pun akan dikirimkan ke alamat Anda yang baru. Hal ini termasuk untuk kartu kredit yang sebenarnya sudah tidak Anda gunakan selama beberapa tahun terakhir. Anda tentu tidak bisa berharap pemilik rumah baru yang menempati tempat tinggal Anda yang lama akan mengembalikan surat-surat tagihan ke kantor pos, kan? Yang ada mungkin malah ia membuang saja surat-surat tersebut ke tempat sampah. Akan lebih baik bila Anda minta bank mengirimkan tagihan kartu kredit melalui email. Lebih praktis, kan?
6. Tidak memeriksa transaksi pembelanjaan Anda
Credit report atau detail transaksi pembelanjaan tentu akan terlihat pada setiap tagihan kartu kredit. Namun, seringkali kita hanya melihat jumlah tagihan dan tanggal jatuh tempo. Padahal, siapa tahu data pribadi Anda sempat terekam oleh orang lain dan ia memanfaatkannya untuk membeli sesuatu. Jika Anda tidak mengetahui penyalahgunaan tersebut dan melaporkannya, bank penerbit kartu kredit tentu tidak akan memroses kasus fraud atau menghentikan penagihan pembelanjaan yang sebenarnya tidak Anda lakukan.
Sumber: Womans Day
Editor :
Dini