Jakarta, Kompas - Jumlah penderita keropos tulang, sakit pinggang, dan sendi diprediksi akan terus meningkat 20-30 tahun mendatang. Hal ini seiring meningkatnya angka harapan hidup warga Indonesia. Perbaikan kualitas hidup dan pelayanan kesehatan menjadi kunci untuk mengeliminasi persoalan itu.
Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi dalam pembukaan Kongres Nasional Perhimpunan Dokter Spesialis Orthopaedi dan Traumatologi Indonesia (PABOI) di Jakarta, Rabu (21/11), mengatakan, tingkat harapan hidup warga Indonesia tahun 2009 mencapai 70,7 tahun. Umur harapan hidup ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2000 yang 67 tahun.
Meningkatnya harapan hidup akan diikuti kasus kesehatan tulang dan sendi sebab jumlah warga lanjut usia kian banyak. Berdasarkan sensus penduduk pada 2010 tercatat 18,1 juta penduduk usia lanjut (lansia). Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memprediksi jumlah warga lansia mencapai 29,1 juta pada 2020 dan 36 juta pada 2025.
Menurut Nafsiah, pemerintah melakukan upaya promotif preventif untuk menjaga kesehatan serta program pra-lansia bagi warga usia 40-50 tahun. Dengan cara itu diharapkan angka penderita keropos tulang dan nyeri sendi bisa terkurangi sejak dini.
Peningkatan fasilitas
Selain itu, fasilitas sarana dan prasarana dari rumah sakit ditingkatkan. Saat ini, menurut Nafsiah, ada 2.076 rumah sakit yang terintegrasi. Ada 21 rumah sakit umum dan 2 rumah sakit khusus ortopedik yang mampu melayani kasus-kasus ortopedi.
Kerja sama dengan lembaga pendidikan dilakukan agar bisa mencetak tenaga medis yang bermutu "Teknologi kedokteran terus diperbarui agar bisa melayani masyarakat dengan lebih baik," katanya.
Mantan Presiden RI BJ Habibie yang hadir dalam acara tersebut turut mendukung adanya penelitian ilmiah untuk mengembangkan ortopedi di Indonesia. Penelitian itu penting tidak hanya untuk masyarakat Indonesia, tetapi juga akan menjadi sumbangan bagi dunia kedokteran pada umumnya.
Dohar Tobing, Ketua PABOI, mengatakan, meningkatnya usia harapan hidup menjadi tantangan bagi para profesional bidang kesehatan. Untuk mengantisipasi, PABOI mulai meningkatkan serta menambah sumber daya dan pelayanan kesehatan.
"Kami berharap pemerintah mau menghapus pajak biaya masuk bahan implan untuk rekonstruksi karena harganya sulit dijangkau masyarakat umum. Peniadaan pajak membuat harga bisa turun. Dengan demikian, masyarakat bisa mendapatkan dan bisa menikmati hidup mandiri," katanya. (NIT)