SEMARANG, KOMPAS - Angka kematian ibu sepanjang tahun 2012 masih tinggi. Sejak Januari hingga November 2012, kematian ibu melahirkan mencapai 605 kasus. Angka itu setara 100 per 100.000 kelahiran hidup. Penyebab utamanya masih karena kegagalan persalinan dan faktor non-kebidanan.
Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah Anung Sugihantono, Rabu (26/12), di Kota Semarang, menyatakan, hingga akhir tahun diperkirakan ada 650 kasus kematian ibu di Jateng. Angka kematian ibu (AKI) 2011 tercatat 668 kasus (116 per 100.000 kelahiran hidup).
"Memang tidak banyak turun. Berdasarkan audit maternal dan perinatal, penyebab AKI sangat beragam, mulai dari pre-eklamsi dan eklamsi hingga perdarahan serta faktor lain," ujar Anung.
Faktor-faktor non-kebidanan misalnya gagal jantung, tuberkulosis, radang otak, hingga gagal ginjal yang dialami ibu hamil dan melahirkan. Karena itu, puskesmas pelayanan obstetri dan neonatal emergensi dasar (PONED) secara komprehensif terus digencarkan. Dari 35 kabupaten/ kota di Jateng, tiga kabupaten mendapat prioritas penanganan, yakni Pemalang, Brebes, dan Cilacap.
Selain AKI tinggi, angka kematian bayi (AKB) di Jateng masih tinggi, 5.112 kasus selama Januari-November 2012. Tahun 2011, kematian bayi 4.282 kasus.
Sebanyak 80 persen terjadi pada perinatal, terutama pada usia 0-7 hari. Kasus paling besar disebabkan rendahnya berat badan bayi. Hal ini berhubungan erat dengan masa kehamilan ibu.
Keberadaan puskesmas PONED juga diharapkan mampu menekan AKB. Kabupaten yang diprioritaskan ialah Brebes, Cilacap, Banjarnegara.
Di Kota Salatiga, banyak kasus ibu melahirkan atau warga sakit parah, kesulitan ke rumah sakit karena tidak mampu membayar jasa ambulans. Karena itu, menurut Ketua Komunitas Salatiga Peduli Santo Handoyo, kini pihaknya menyediakan fasilitas ambulans gratis untuk warga yang tidak mampu. (UTI)