Kompas.com - Beban kerja yang tinggi dan banyaknya pasien yang harus ditangani dokter bisa membahayakan pasien. Keterbatasan waktu juga membuat dokter tidak bisa leluasa berdiskusi dengan pasiennya.
Demikian menurut survei yang dilakukan di Amerika, meliputi 500 rumah sakit dan dokter yang menangani pasien. Hampir 40 persen responden mengatakan setidaknya sebulan sekali mereka menangani pasien lebih banyak dari yang bisa ditangani.
Hampir seperempat dokter mengatakan beban kerja yang tinggi membuat mereka tidak bisa berdiskusi dengan pasiennya mengenai terapi yang harus diambil. Bahkan 22 persen menngatakan mereka terpaksa meminta pasiennya melakukan tes yang tidak perlu karena tidak punya waktu lama untuk memeriksa.
"Jika dokter hanya punya waktu pendek dan pasien mengeluh nyeri dada, misalnya, maka dokter akan menyuruh pasien melakukan tes tambahan, meresepkan aspirin dan menelepon dokter spesialis jantung. Semua karena tidak ada cukup waktu untuk mengevaluasi pasien secara penuh," kata Dr.Henry Michtalik dari Johns Hopkins University School of Medicine.
Sejumlah kecil dokter (sekitar 5 persen) mengakui beban kerja yang tinggi itu menyebabkan efek samping berbahaya, seperti pasien harus ditransfer ke unit gawat darurat atau bahkan kematian.
Pihak rumah sakit disarankan untuk mengevaluasi jam kerja dokter dan menciptakan standar keamanan.