KOMPAS.com - Kalau anak usia prasekolah mengalami pertengkaran yang terjadi setiap hari, bahkan sehari bisa 3-5 kali, entah bertengkar dengan adik, kakak, atau teman, sebaiknya cari latar penyebab yang lebih spesifik.
Maksudnya, bukan sekadar rebutan atau cemburu tetapi ada faktor lain di luar itu semua. Mungkin saja salah satu anak mengalami masalah dengan perkembangan psikologisnya. Misal, si teman mengalami gangguan perilaku hiperaktif yang membuatnya melakukan tindakan tidak biasa, di antaranya selalu menimbulkan "kerusuhan" dengan merebut mainan atau benda dari temannya. Ia pun tampak agresif untuk menyakiti orang lain, sehingga pertengkaran kerap tak terhindarkan.
Bisa juga karena pola asuh yang keliru. Banyak orangtua yang tidak sadar telah menerapkan pola asuh "berat sebelah". Artinya, orangtua jauh lebih memerhatikan adik dibandingkan kakaknya. Ia meminta si kakak harus mengerti apa yang orangtua lakukan terhadap adik tanpa terlebih dahulu menyiapkan mentalnya. Padahal, kemampuan si kakak untuk memahami perubahan pada lingkungannya belum terlalu baik.
Anak pun akan beranggapan orangtua hanya menyayangi adiknya, ia merasa tidak disayang. Alhasil, akan muncul kecemburuan bahkan kebencian terhadap adiknya sehingga selalu berusaha menyakiti adiknya yang akhirnya memicu perselisihan.
Maria Herlina Limyati, MSi, Psi, dari Methamorphe Psycological Service mengatakan kondisi demikian perlu diatasi dengan tepat, bukan dengan memberikan hukuman karena tidak akan efektif. Tapi, berkonsultasi ke ahli psikologi untuk mengobservasi anak, mencari akar masalah, kemudian dibantu mencari solusinya.
Pada anak berkebutuhan khusus (ABK), seperti hiperaktif, tentu perlu dilihat seberapa parah keadaannya, ringan atau berat, kemudian dibuatkan program untuk mengatasinya. Atau mungkin orangtua sudah merasa benar dengan pola asuh yang diterapkannya, padahal sebenarnya tidak demikian, ini pun perlu dicarikan solusi. Biasanya dengan berkonsultasi ke ahli, solusi dapat ditemukan.
(Tabloid Nakita/Irfan Hasuki)
Editor :
wawa