KOMPAS.com - Sebuah motor sport menikung cepat lalu parkir berjajar dengan deretan roda dua lain di pelataran sebuah pusat perbelanjaan di Tangerang Selatan, akhir Januari lalu. Begitu helm sang pengendara dibuka, tersingkap wajah putih Djembar Djungjunan (20) yang memerah oleh uap panas. Rambut sepunggungnya tergerai merdeka. Anak rambut di dahinya basah oleh keringat akibat terik matahari Tangerang yang tak kenal ampun.
Hari itu, Djembar menghadiri pembentukan sebuah komunitas perempuan penggemar motor di Asia. Tubuh mungilnya berbalut kaus merah dan celana panjang hitam. Kakinya terbungkus sepatu karet.
"Tunggu sebentar, ya, saya salin pakaian dulu," ujarnya, lalu bergegas menghilang mencari kamar kecil. Sesaat kemudian, Djembar hadir kembali dalam wujud berbeda. Tubuhnya menjulang di atas sepatu berhak 10 sentimeter, berbahan beludru ungu, baju terusan merah, dan wajah berias tipis. Djembar membawa kesegaran di siang yang terbakar. Begitu di depan kamera, ia menjelma lagi menjadi sosok lain, sensual.
Di atas roda gila
Djembar yang berberat badan 44 kg dan bertinggi tubuh 158 cm merupakan sosok langka perempuan pelaku freestyle roda dua atau kadang disebut stunt rider di Tanah Air. Aksi freestyle membutuhkan nyali besar dan ketahanan fisik untuk menguasai motor yang bobotnya bisa berlipat kali dari berat tubuh.
Jika penasaran dengan aksi Djembar, unduhlah Youtube dan masukkan kata kunci Djembar Dj (girlstuntrider). Seperti bersayap, Djembar berdiri dengan dua tangan terentang lebar di atas roda dua yang melaju kencang. Sesaat kemudian, roda depan terangkat ke udara... lalu berganti roda belakang. Si roda dua seakan takluk dengan perintah Djembar. Asap putih terkadang mengepul saat perempuan itu beraksi. Kelembutan raib berganti keliaran. Tetapi, keindahan Djembar tetap hadir.
Produsen perlengkapan berkendara asal Italia, Alpinestar, dan beberapa perusahaan lokal pun mensponsori aksi Djembar. Baru-baru ini perempuan itu juga didaulat menjadi model iklan sebuah produk roda dua. Sosok stunt rider perempuan yang terbilang jarang membuat wajah Djembar beberapa kali menghiasi acara televisi dan pertunjukan.
"Ingin sih ikut kompetisi. Sejauh ini, sepertinya tidak ada kompetisi khusus freestyle kelas perempuan di Indonesia. Untuk mengadakan perlombaan kelas perempuan, syaratnya minimal lima peserta," ujarnya. Hadirnya Djembar di dunia ekstrem itu seakan ikut mengamini hilangnya batasan bagi perempuan untuk berkarya.
Tak terhitung seringnya tubuh Djembar menimpa bumi saat berlatih trik di atas motor. Namun, sakitnya berlatih tak dirasakan. Pertama kali Djembar berlatih trik mengangkat ban depan motor alias wheelie, beban motor tak tertahan sehingga kendaraan itu terlepas dan menindih kakinya. Djembar terpaksa tiga bulan berjalan dengan bantuan kruk. Perempuan itu lalu menunjukkan bekas luka yang mendekam di kulit kakinya sejak tiga tahun lalu.
"Waktu itu, saya enggak sabar menunggu sembuh. Kaki masih agak bengkak pun saya sudah latihan lagi, ha-ha-ha," ujar Djembar yang setia menggunakan motor sport Kawasaki Ninja RR150 hadiah dari orangtuanya setiap kali beraksi.
Berakrobat di atas motor memang gairah Djembar. Jika ditanya sosok perempuan yang dibayangkan saat berada di atas motor, wujud Srikandi jawabannya. "Enggak mau membayangkan Wonder Woman, terlalu kayak laki-laki, ha-ha-ha," ujarnya.
Suatu ketika, dalam acara ulang tahun Kota Bandung, sosok perempuan pewayangan benar-benar dijelmakan dalam aksinya. Djembar beraksi di atas motor dengan kostum Shinta, tokoh dalam cerita pewayangan Ramayana. Mengenakan hiasan kepala keemasan, Djembar pun tak menggunakan pelindung kepala (helm) dalam aksinya!
"Deg-degan juga sih.... Tetapi, karena senang freestyle, rasa takut jadi hilang," ujarnya. Tentu saja, aksi itu setelah Djembar menjalani latihan. Djembar sendiri menganjurkan pengendara mengenakan alat pelindung agar tak membahayakan jiwa.
Bagi Djembar, aktivitas sebagai motor freestyler di luar konsep hidupnya. "Saya tidak menyangka bakal menjadi stunt rider. Konsep hidup saya normal, seperti perempuan lain, sekolah, kuliah, kerja menikah, dan punya anak…," ujar Djembar.
Lantaran kesibukan menjalankan hobinya, Djembar sempat menghentikan kuliahnya di jurusan komunikasi sebuah perguruan tinggi swasta di Bandung. Kini, dia beralih ke pendidikan guru untuk mengikuti jejak ibunya.
"Saya selalu merasa diri saya feminin. Kalaupun sekarang bergelut sebagai stunt rider roda dua, saya tetap menjadi perempuan."
Di tengah dunia laki-laki
Kegemaran akan aksi ekstrem seperti freestyle motor tak ada dalam pohon keluarga Djembar Djungjunan (20). Ayah Djembar, Asep Daroesman, seorang seniman. Sedangkan ibunya, Titih Pujaningsih, adalah guru kesenian di sebuah sekolah menengah pertama di Bandung.
Sejak duduk di sekolah dasar, Djembar sudah piawai mengendarai motor, termasuk menggunakan motor kopling yang biasanya lebih digemari laki-laki. Persinggungannya dengan motor sport terjadi ketika orangtua Djembar menghadiahinya motor sport Kawasaki Ninja RR150 saat duduk di bangku sekolah menengah atas.
Sejak saat itu pula orangtua Djembar kerap menerima laporan dari tetangga tentang putri mereka yang senang melaju kencang di jalan raya. Khawatir dengan hobi baru Djembar, sang ibu lalu mendaftarkan Djembar ke sebuah komunitas motor.
"Ibu saya berpikir, daripada saya kebut-kebutan di jalan raya, mendingan ikut komunitas motor supaya lebih tertib, ha-ha-ha," ujarnya.
Suatu ketika, seorang temannya di komunitas motor tersebut mengajak Djembar menonton aksi freestyle menggunakan motor. Begitu melihat aksi para freestyler roda dua yang semuanya laki-laki itu, Djembar terkagum-kagum. "Sebelumnya, saya enggak tahu sama sekali apa itu freestyle. Aksi mereka keren...," ujar Djembar.
Djembar dan motor kesayangannya lalu memutuskan bergabung dengan komunitas freestyler di Bandung guna mempelajari aksi-aksi ekstrem. Semua anggota komunitas itu laki-laki. Hanya Djembar yang seorang perempuan. "Malah enak, jadi anak emas, ha-ha-ha. Kalau mau belajar aksi apa pun, saya pasti dibantu," ujarnya.
Aksi-aksi dasar freestyle motor seperti wheelie, stoppie, dan burnout segera dikuasainya. Dan, kemampuan Djembar terus bertambah.
Sekalipun menjadi orang yang pertama-tama mendukung Djembar masuk ke komunitas roda dua, orangtua Djembar belum sepenuhnya sanggup melihat putri mereka berakrobat di atas motor.
"Kalau saya beraksi, mereka selalu melihat ke arah lain. Ngeri katanya..., masih seram melihat saya di atas motor," ujar Djembar kalem.
(Indira Permanasari)
Sumber: Kompas Cetak
Editor :
Dini