KOMPAS.com — Konsumsi garam berlebih telah dikaitkan dengan risiko berbagai penyakit seperti serangan jantung, stroke, dan penyakit kardiovaskular lainnya. Sebuah studi terbaru bahkan menunjukkan, garam berlebih merupakan pemicu 2,3 juta kematian di seluruh dunia akibat penyakit kardiovaskular.
Para peneliti Harvard Medical School dan Harvard Shcool of Public Health Amerika Serikat mengatakan, jumlah ini merupakan 15 persen dari total kematian akibat penyakit kardiovaskular. Hampir satu juta kematian, yaitu sekitar 40 persen kematian yang dipicu garam berlebih, terjadi pada usia muda. Para peneliti menyebutnya kematian prematur, yaitu kematian di bawah usia 69 tahun. Sebanyak 60 persen dari kematian tersebut dialami oleh laki-laki.
Amerika Serikat merupakan negara peringkat ke-19 dari 30 negara besar yang terdapat 429 kematian berbanding satu juta orang dewasa yang diakibatkan konsumsi garam berlebih. Para peneliti mencatat, jumlah tersebut memiliki perbandingan 1 dari 10 kematian akibat penyakit yang berhubungan dengan jantung.
Menurut data peneliti, serangan jantung mengakibatkan 42 persen kematian di seluruh dunia, sementara stroke menyebabkan 41 persen. Sebanyak 84 persen kematian terjadi di negara berkembang. Di antara 30 negara besar, angka kematian terbesar yang dipicu konsumsi garam berlebih ada pada negara Ukraina sebanyak 2.109, Rusia sebanyak 1.803, dan Yunani sebanyak 836. Semua jumlah tersebut merupakan perbandingan dengan satu juta orang.
Sementara negara dengan angka kematian terendah yang dipicu oleh konsumsi garam berlebih ialah negara Qatar sebanyak 73, Kenya sebanyak 78, Uni Emirat Arab sebanyak 134 per satu juta orang.
"Kesehatan masyarakat nasional dan global mempertimbangkan bahwa program penurunan konsumsi garam yang komprehensif berpotensi menyelamatkan jutaan jiwa," ujar ketua peneliti Dariush Mozaffarian, profesor epidemiologi dari Harvard Medical School dan Harvard Shcool of Public Health.