KOMPAS.com - Nyamuk adalah hewan yang dikenal sebagai vektor penyakit berbahaya. Salah satu penyakit mematikan yang ditularkan melalui perantara nyamuk adalah demam berdarah dengue (DBD). Nyamuk Aedes aegypty merupakan vektor utama virus dengue, sedangkan Aedes albopictus menjadi vektor sekunder. Kedua hewan ini dapat dikenali lewat tubuhnya yang bergaris hitam putih.
Segala cara kita lakukan untuk menghalau gangguan nyamuk. Namun seringkali cara menghalau tak tepat sasaran. Kalau sudah begini, nyamuk tetap datang mengganggu, dan bisa menjadi lebih kuat karena efek resistensi.
Menurut Dr.dr. Tri Yunis Miko Wahyono, M.Sc dari Pusat Riset Epidemiologi dan Surveilans Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), agar pengendalian nyamuk ini menjadi lebih efektif, langkah menghalau hewan ini harus disesuaikan berdasarkan fase hidupnya.
Pada seminar bertajuk "Menyikapi Kejadian Luar Biasa Kasus DBD yang Terus Meningkat di Indonesia", Selasa (2/4/2013) di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, Tri menjelaskan, nyamuk memiliki 4 fase dalam hidupnya yakni telur, larva, dan pupa sebelum akhirnya dewasa.
Seluruh siklus tersebut membutuhkan fase 21 hari. Fase telur menjadi larva perlu waktu 1-2 hari. Larva menjadi pupa menghabiskan 4-9 hari. Tahap pupa menjadi dewasa membutuhkan 2-3 hari. Sementara, nyamuk dewasa hanya bertahan hidup selama 14 hari.
Untuk membersihkan telur nyamuk, masyarakat harus rajin membersihkan tempat air tergenang, misalnya bak kamar mandi. Membersihkan dapat dilakukan seminggu dua kali. Fase larva dapat diperangi dengan larvasida, atau dikenal dengan abate. Pengkabutan atau fogging bisa membasmi nyamuk dewasa. Nyamuk dewasa juga bisa dihalau dengan insektisida berbentuk lotion atau spray.
Pemberantasan nyamuk, lanjut Tri, tidak dapat dilakukan setengah hati. Fogging seharusnya dilakukan bersamaan dengan penyebaran larvasida. Dengan cara ini, nyamuk dewasa dan larva bisa mati bersamaan. Larva juga tidak sempat tumbuh dewasa yang akan kembali mengganggu kehidupan manusia.
Untuk kehidupan sehari-hari, Tri mengingatkan untuk rajin menjaga kebersihan. Langkah Menguras, Menutup, dan Menutup (3 M) tidak boleh dilupakan.
Langkah 3 M ini dilakukan untuk pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Apabila perlu, masyarakat dapat mengganti bak mandi menjadi shower untuk meminimalisir kesempatan nyamuk bertelur.
Masyarakat juga dapat menggunakan insektisida sebagai upaya menghalau gangguan nyamuk pada malam hari. Namun, Tri mengingatkan pentingnya menjaga aturan pemakaian pada label pembasmi nyamuk. Hal ini untuk mengurangi residu dan menjaga nyamuk tidak resisten terhadap insektisida. Aturan pemakaian juga harus ditaati untuk menghindari masyarakat dari risiko keracunan obat pembasmi nyamuk.
"Langkah ini kita sebut 3 M plus," kata Tri. "Plus" adalah langkah tambahan yang bisa dilakukan masyarakat untuk menghalau gangguan nyamuk.
Insektisida masih efektif
Walau pemberantasan nyamuk harus sesuai dengan fase hidupnya, penggunaan insektisida dinilai menjadi langkah yang paling efektif untuk menghalau gangguan nyamuk. Pasalnya, insektisida memberi perlindungan per individu, sementara penggunaan fogging dan larvasida memberi perlindungan dengan lingkup yang lebih besar.
"Insektisida juga lebih mudah dan praktis sehingga tiap orang bisa menggunakannya sendiri," kata Tri. Insektisida juga dinilai memberi dampak langsung kepada pengguna sehingga lebih sering digunakan.
Dalam pemaparannya Tri mengatakan, insektisida memiliki efek preventif paling besar dengan OR 0,48. Sedangkan pengkabutan dan larvadisasi memiliki OR 0,81 dan 0,84. OR menunjukkan efek preventif yang berhasil dicapai. Makin kecil angka mengindikasikan sedikitnya objek penelitian yang masih merasakan gigitan nyamuk.
Namun, Tri kembali mengingatkan pentingnya membaca aturan pakai dan menyesuaikan dengan lingkungan sekitar. Tri mencontohkan penggunaan insektisida bakar yang harus menyesuaikan aliran udara. Hal ini untuk mencegah pengguna terkena dampak merugikan asap insektisida bakar.
Insektisida juga lebih mudah dan praktis sehingga tiap orang bisa menggunakannya sendiri
-- Tri Yunis Miko Wahyono