Jakarta, Kompas - Kanker mata atau retinoblastoma merupakan kanker penyebab kematian tertinggi kedua pada anak. Harapan hidup anak meningkat jika gejala diketahui lebih dini dan segera mendapat pengobatan medis.
Dokter spesialis anak konsultan hematologi-onkologi di Rumah Sakit Kanker Dharmais Edi Setiawan Tehuteru dalam acara Edukasi Kanker Anak, Jumat (12/4), di Jakarta, mengatakan, umumnya pasien datang ke rumah sakit dengan kondisi kanker stadium 3 atau 4. "Pada kondisi itu, sulit menyelamatkan pasien karena harapan hidup tinggal 20 persen," kata Edi.
Di negara maju seperti Amerika Serikat, pasien datang ke rumah sakit saat kanker masih stadium 1 atau 2. Dengan demikian, tidak hanya mata pasien, tetapi nyawa pasien juga dapat diselamatkan.
Menurut Edi, mengenali gejala kanker mata dan mengobati sedini mungkin dapat meningkatkan angka harapan hidup pasien hingga 80 persen. Pengobatan kanker secara medis mata rata-rata perlu waktu 1,5 tahun.
Masyarakat umumnya masih enggan untuk segera melaksanakan pengobatan yang disarankan dokter. Mereka menunda pengobatan dengan dalih keputusan harus diambil oleh keluarga besar. Penundaan pengobatan berbahaya karena pertumbuhan sel kanker sangat cepat.
"Biasanya mereka mencari pengobatan alternatif lebih dulu, misalnya pengobatan herbal. Selain belum tentu berhasil baik, harga obat herbal juga kerap lebih mahal," kata Edi.
Gejala
Kanker mata ditandai dengan manik bola mata yang berubah menjadi putih, mata juling, dan berwarna merah. Kanker mata dapat menyebabkan kebutaan. Bila terlambat ditangani, kanker ini dapat mengakibatkan kematian.
Di Indonesia, diperkirakan ada 4.100 kasus baru kanker anak tiap tahun. Belum dapat dipastikan berapa jumlah kasus kanker mata. Kanker darah (leukemia) masih menjadi kanker penyebab utama kematian anak.
Ketua Yayasan Anyo Indonesia (YAI) Pinta Manullang Panggabean mengatakan, meningkatnya kasus kanker pada anak seharusnya menjadi perhatian masyarakat. Berdasar pengalamannya mengedukasi masyarakat, banyak orang tidak tahu kanker dapat terjadi pada anak. "Karena itu, edukasi untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat harus dilakukan," katanya. (DOE)