KOMPAS.com - Padatnya aktivitas masyarakat perkotaan membuat mereka sering tak sempat memasak sendiri atau makan di rumah. Makan di luar, memesan makanan, atau membungkus makanan untuk dimakan di rumah menjadi penggantinya. Hanya saja, ketika dirata-rata, warga kota besar bisa membungkus makanan 25 kali dalam sebulan.
Anda tentu dapat menduga, makanan yang dipesan atau dibungkus adalah jenis makanan cepat saji yang kurang sehat. Dari 2.000 orang yang disurvei situs diskon vouchercodes.co.uk, terlihat bahwa kalangan usia 25-34 tahun adalah konsumen terbesar jajanan cepat saji. Setiap tahun, mereka menghabiskan 2.620 poundsterling (Rp 39 juta) untuk membeli pizza, kari, dan fish and chips.
Kalangan muda yang punya kebiasaan ini beralasan, mereka membungkus makanan cepat saji untuk menyingkat waktu dalam aktivitas mereka yang padat. Soalnya, 49 persen dari mereka yang berusia 25-34 tahun itu tidak punya waktu untuk memasak di rumah.
"Membungkus makanan sekarang menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari untuk konsumen yang sibuk. Tapi makanan tersebut mestinya tidak harus tidak sehat atau mahal," ungkap Duncan Jennings, pendiri vouchercodes.co.uk. Sekadar mengingatkan, mengonsumsi makanan cepat saji secara rutin dapat meningkatkan risiko kesehatan seperti diabetes, dan serangan jantung.
Survei tersebut juga menunjukkan, orang London adalah pelanggar terberat dari kebiasaan makan yang tidak sehat ini. Mereka menghabiskan 221,63 poundsterling (sekitar Rp 3,3 juta) sebulan untuk membawa pulang makanan cepat saji, yang artinya lebih dari dua kali lipat dari rata-rata pengeluaran secara nasional.
Di lain pihak, orang-orang berusia 45 tahun ke atas adalah yang paling jarang membeli fast food. Buktinya, dalam setahun mereka hanya menghabiskan 1.270 poundsterling (Rp 18,9 juta) untuk membeli makanan cepat saji.
Sumber: Marie Claire
Editor :
Dini