KOMPAS.com - Namanya mungkin kurang dikenal masyarakat Indonesia, tapi prestasinya telah mampu menaikkan nama Indonesia di kancah ilmu pengetahuan ilmiah dunia. Sri Fatmawati, wanita asal Madura, Jawa Timur, telah memenangkan Fellowship International L'Oreal-UNESCO For Women In Science (FWIS) tahun 2013. Inilah event yang memberikan penghargaan bagi kaum perempuan di dunia penelitian.
Ditemui saat jumpa pers di Bibliotheque, Sampoerna Strategic Square, Jakarta, Kamis (11/4/2013) lalu, terlihat betapa sosok Sri Fatmawati jauh dari kesan kutu buku atau "tampang peneliti". Fatma, sapaan akrabnya, mampu menjawab setiap pertanyaan mengenai pengalamannya menjadi salah satu dari 15 duta internasional FWIS 2013. Fatma sigap menerangkan bahasa ilmiah yang kurang begitu mengerti bagi telinga masyarakat awam.
Sri Fatmawati, memulai kariernya di Institut Teknologi Sepuluh November (ITS) Surabaya, dan telah menjalani riset untuk pasca sarjananya di Indonesia dan Jepang. Pendidikan ini mengantarkan dirinya meraih gelar PhD dalam Agro-Environmental Sciences.
Semasa kecil, Fatma sering diobati dengan jamu obat tradisional Indonesia oleh ibundanya. Dari pengalamannya melihat kekuatan penyembuhan dengan bahan-bahan alami itulah, perempuan yang berprofesi sebagai dosen ini terinspirasi untuk menjadi ahli kimia dalam bidang sains. Ia banyak melakukan penelitian yang sebelumnya lebih difokuskan pada tanaman yang merupakan kekayaan alam Indonesia.
Mengetahui begitu banyak potensi kekayaan alam Indonesia, membuat Fatma tak berhenti melakukan penelitian. Ia menggunakan keragaman hasil laut Indonesia untuk memperluas ruang lingkup studinya mengenai spesies laut. Secara khusus Fatma meneliti spons yang merupakan jenis invertebrata paling primitif.
"Penelitian saya yaitu untuk isolasi senyawa alami yang berasal dari spesies spons yang berbeda. Setelah berhasil mengisolasi dan memurnikan molekul di dalamnya, saya akan menguji aktivitas biologis mereka. Karena eksplorasi ini revelan untuk pengobatan penyakit seperti malaria, infeksi, kanker, dan Alzheimer," jelasnya pada Kompas Female.
Berkat ide risetnya ini Fatma berhasil menjadi pemenang L'Oreal-UNESCO For Women In Science, yang merupakan pencapaian impiannya. Ia sekaligus membuktikan bahwa para perempuan peneliti Indonesia sama baiknya dengan para peneliti internasional lainnya.
"Belum banyak peneliti perempuan, karena potensi peneliti belum terlalu populer. Tapi, profesi peneliti harus mempunyai kedudukan dan status kehidupan, serta pendapatan yang layak. Peneliti itu merupakan partner pemerintah," imbuhnya.
Di balik kesuksesannya tersebut, perempuan kelahiran tahun 1980 ini mengatakan bahwa peran keluarga dan orangtua begitu penting guna memotivasinya dalam berkarya.
"Untuk saya, suami, anak, dan orangtua berperan penting. Ibu dan bapak saya dulu berkata agar kita harus berilmu dan berpendidikan, supaya terangkat derajatnya. Itulah yang menginspirasi saya untuk terus belajar dan belajar," kata penyuka warna ungu ini.
Sebagai pemenang FWIS tingkat internasional, Sri Fatmawati menerima beasiswa senilai 40.000 dollar untuk jangka waktu hingga dua tahun untuk melakukan penelitian di Institute of Natural Products Chemistry, National Center for Scientific Research (CNRS) di Gif-sur-Yvette, Perancis.
Editor :
Dini