Solo, Kompas - Seorang pasien terduga flu burung dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah dr Moewardi, Solo, Jumat (10/5). Pasien berinisial S (72) menunjukkan gejala terserang flu burung. Ayam peliharaannya juga dinyatakan positif flu burung berdasarkan hasil uji cepat.
"Pasien sudah tiga hari dirawat. Saat ini, kondisinya semakin bagus. Hasil pemeriksaan laboratorium terhadap usap tenggorok, darah, dan foto dada belum mendukung ke arah flu burung. Kami masih menunggu hasil pemeriksaan terakhir laboratorium," kata Kepala Subbagian Hukum dan Humas RSUD dr Moewardi, Elysa.
Pasien S yang berasal dari Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, dirawat di ruang isolasi dengan perlakuan sebagai pasien flu burung. Semula kadar leukosit pasien S di bawah normal, tetapi kini sudah meningkat dan normal. Ia demam setelah kontak dengan unggas mati yang diketahui positif flu burung. Tahun 2013, RSUD dr Moewardi baru sekali menerima pasien terduga flu burung.
"Meski hasil pemeriksaan laboratorium tidak mendukung ke arah flu burung, pasien tetap kami perlakukan sebagai pasien flu burung. Kami bersikap hati-hati karena telah ada penularan flu burung antarmanusia meski bukan di sini. Jika pemeriksaan hari ini tetap tidak mendukung ke arah flu burung, pasien akan dipindahkan ke ruang rawat inap biasa," kata Elysa.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Daerah Pos Kesehatan Hewan Kabupaten Sukoharjo Ngatmini menyatakan, unggas mati milik S positif terkena flu burung. Ia mengatakan, kematian unggas hanya terjadi di rumah S. Kematian unggas yang terjadi sejak hari Minggu lalu, menimpa 27 ayam bukan ras dari total 50 ayam yang dimiliki S.
"Ada tersisa 13 anak ayam yang dimusnahkan atas permintaan keluarga. Dari hasil pengamatan kami, kondisi kandang kurang sehat, yakni tidak terkena sinar matahari, kurang ventilasi, dan terlalu lembab sehingga virus bertahan hidup," kata Ngatmini.
Hasil pemeriksaan tidak menemukan kematian unggas di tempat lain. Meski begitu, kata Ngatmini, pihaknya menyemprot kandang-kandang ayam di kampung itu sebagai upaya pencegahan merebaknya virus flu burung H5N1. Warga diminta mengandangkan unggas setidaknya dua minggu setelah kasus ini untuk mencegah penularan.
Kasus kematian unggas akibat flu burung di Kabupaten Sukoharjo tahun 2013 baru terjadi kali ini. Tahun lalu, kasus flu burung menyerang itik akibat virus H5N3. (eki)