KOMPAS.com - Survei dari majalah Eksekutif pertengahan 2011 mengungkapkan bahwa . Ini merupakan suatu bentuk sarkasme, bahwa semua pria memang cenderung selingkuh.
Kalau pria selingkuh bisa mengancam hubungan pernikahan, bagi perempuan, perselingkuhan (yang mereka lakukan) bisa membuat pernikahan yang mereka jalani lebih mudah. Lebih dari separuh perempuan yang disurvei ashleymadison.com menyatakan demikian, sedangkan sepertiga perempuan mendapati bahwa kehidupan seksnya dengan suami malah membaik sejak mereka berselingkuh.
Menurut situs kencan tersebut, semakin banyak perempuan yang berselingkuh saat ini, sehingga mengurangi perbedaan antara jumlah laki-laki dan perempuan yang berselingkuh. Para perempuan ini lebih memilih berselingkuh ketimbang mengakhiri pernikahan yang bermasalah.
Alasan utama mengapa mereka memilih selingkuh, adalah karena suami mengabaikan mereka dan tidak cukup memberikan afeksi secara fisik maupun emosional. Dua pertiga perempuan mengaku kehidupan seksnya kurang, dan itu sebabnya mereka memutuskan selingkuh.
"Banyak perempuan yang kurang diperhatikan dan disayang, dan menyedihkan kalau kita merasa kesepian dalam pernikahan kita sendiri. Kenyataannya, banyak orang tidak bisa meninggalkan pasangannya karena alasan finansial, dan para perempuan khususnya biasanya enggan mengorbankan kehidupan keluarganya," papar Noel Biderman, pendiri situs ini.
Oleh karena itu, perempuan berusaha memenuhi kebutuhannya di luar pernikahan dengan cara yang sama, yang selalu dilakukan kaum pria. "Mereka memasuki arena laki-laki di mana sering terjadi ketidaksetiaan," tambah Biderman.
Menurut Biderman, pria umumnya mencapai puncak seksualnya di usia 20-an, sedangkan perempuan baru merasa nyaman dengan tubuh mereka di usia 30-an atau 40-an. Inilah satu alasan mengapa perempuan merasa kehidupan seksnya kering.
"Setiap orang ingin merasa diinginkan, jadi siapa yang bisa menyalahkan kalau perempuan-perempuan ini mencari di tempat lain?" ujarnya.
Sumber: Female First
Editor :
Dini