KOMPAS.com - Anak perempuan sering merasa kesulitan untuk berkomunikasi dengan sang ibu. Mereka kerap merasa bahwa keberadaan ibu menjadi beban, karena dianggap tidak mau mengerti keinginan anaknya. Saat mereka sudah berusia 23 tahun, barulah anak perempuan mampu menghargai sosok ibu dalam kehidupan mereka, demikian menurut survei dari Lil-Lets, sebuah merek tampon untuk remaja.
Dalam kampanyenya yang berjudul "Becoming a Teen", Lil-Lets meneliti hubungan antara ibu dan anak perempuannya. Terungkap, bahwa ibu dan anak perempuan bisa melakukan argumentasi rata-rata 183 kali selama masa remaja sang anak perempuan. Perdebatan antara mereka terutama mengenai kebiasaan anak perempuan yang kurang rapi, tidak berperilaku baik, atau mengenai pilihan kekasih mereka.
Untungnya, saat mulai beranjak dewasa anak perempuan mulai dapat menghargai ibu mereka. Lebih dari 75 persen perempuan bahkan mengatakan, mereka berterima kasih atas cara ibu mengasuh mereka selama ini.
Mary Young, Head of Marketing Lil-Lets, mengatakan, "Hubungan antara ibu dan anak dapat diuji selama masa usia remaja sang anak. Tapi jelas, ketika anak perempuan memasuki usia awal dua puluhan, dia akan menghargai ibunya lebih dari sebelumnya."
Menurut Mary, masa remaja dipenuhi dengan rasa kecemasan. Bertengkar dengan orangtua, kekhawatiran tentang tumbuh dewasa, dan berdebat mengenai teman pria, mungkin merupakan masalah umum yang dialami kebanyakan gadis remaja.
"Tetapi, seiring bertambahnya usia, Anda benar-benar mulai belajar untuk menghargai sosok ibu terhadap apa yang telah dia lakukan untuk Anda selama ini," imbuhnya.
Fakta lainnya menyebutkan, tujuh dari sepuluh perempuan mengatakan bahwa tanpa bantuan ibu, mereka tidak akan menjadi seperti sekarang ini. Karena, ibulah yang membentuk mereka hingga menjadi sosok seperti sekarang. Bagaimana menurut Anda?
Sumber: Female First
Editor :
Dini