Minggu, 18 Desember 2011 | 17:55 WIB
TEMPO.CO, - Penyakit Kanker ternyata kini dinyatakan sebagai salah satu penyebab utama kematian global. Berdasarkan data World Health Organization pada 2010, angka kematian akibat kanker mencapai 13 persen (7,4 juta) dari semua kematian setiap tahunnya.
Repotnya, 70 persen dari angka kematian itu disumbangkan warga dari Negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diprediksi, angka kematian ini bakal meningkat secara signifikan jika tanpa pencegahan. " Pada 2030, kematian akibat kanker akan bisa mencapai sekitar 13 juta per tahun di seluruh dunia" kata Menteri Kesehatan Endang Rahayu di Jakarta, akhir pekan lalu.
Menurut Endang, kecenderungan ini lebih mencolok di negara Asia dimana jumlah kematian per tahun pada 2002 sebesar 3,5 juta jiwa dan diperkirakan meningkat menjadi 8,1 juta jiwa pada 2020. Pada 2008, tercacat ada 700 ribu kasus kanker baru di negara-negara anggota ASEAN dan setengah juta kematian akibat kanker terjadi di tahun yang sama. Meskipun demikian, menurut para ahli kanker, pasien hanya mendapat kurang dari 0,5 persen dari pembiayaan kesehatan publik.
Di Indonesia sendiri, kata Menteri Endang, kanker menjadi penyebab kematian nomot tujuh. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar 2007, kematian akibat kanker sebesar 5,7 persen setelah stroke, Tuberculosis, hipertensi, cidera, perinatal, dan diabetes mellitus. Berdasarkan data yang sama, prevalensi tumor adalah adalah 4,3 per 1000 penduduk. Jenis kanker tertinggi di rumah sakit seluruh Indonesia pasien rawat inap tahun 2008 adalah kanker payudara (18,4 persen) serta kanker leher rahim (10,3 persen).
Menurut Endang, besarnya permasalahan kanker tersebut ditambah lagi dengan kondisi sebagian besar (hampir 70 persen) kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut. Ini menyebabkan selain angka bertahan hidup (survival rate) yang rendah juga akan menyerap anggaran yang cukup besar. "Dari data penyerapan PT Askes, kanker menempati urutan keempat penyerapan biaya rawat jalan dan tindak lanjut pada tahun 2010," ujar Endang
AMIRULLAH