KOMPAS.com - Generasi Y atau generasi millenial didefinisikan sebagai generasi yang lahir antara tahun 1982 sampai 1992. Karena usia yang masih tergolong muda, generasi ini cenderung dianggap konsumtif dan tak suka bekerja keras. Namun, hasil sebaliknya justru dikemukakan Visa Worldwide melalui studinya, "Connecting With the Millennials".
Hasil studi yang dilakukan terhadap 5.000 orang dari generasi millenial di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, Afrika, dan Indonesia ini mengungkapkan, generasi ini sangat gemar menabung. "Mereka punya disiplin yang kuat dalam keuangan dan juga tahu bagaimana cara mengelola keuangan mereka sendiri," ungkap Ellyana Fuad, Presiden Direktur PT Visa Worldwide Indonesia, saat pemaparan hasil survei ini di Jakarta, beberapa waktu lalu.
Sekitar 73 persen dari generasi millenial melihat uang sebagai tiket untuk menikmati hidup, namun 83 persen yang lain tetap menyisihkan uang untuk ditabung dan sisanya untuk memanjakan diri. Uniknya, generasi yang kini memasuki era cashless society ini lebih memilih untuk menggunakan kartu kredit dan kartu debit (70 persen) ketimbang membayar dengan uang tunai.
"Äda beberapa alasan mereka lebih suka memakai kartu debit atau kredit untuk belanja, salah satunya karena lebih praktis dan aman," tambahnya.
Survei ini juga mengungkapkan bahwa kartu debit lebih disukai ketimbang kartu kredit. Rata-rata di kawasan APCEMEA (Asia Pacific, Central Europe, Middle East, dan Africa) kecuali Cina dan Singapura, 41 persen responden lebih suka menggunakan kartu debit, dan hanya 29 persen responden yang memilih kartu kredit.
Sebanyak 50 persen masyarakat Indonesia juga lebih menyukai kartu debit untuk pembayaran sehari-hari. "Hanya 15 persen masyarakat Indonesia yang masih menggunakan kartu kredit, sisanya masih memilih transfer (23 persen), prepaid (3 persen), dan tunai (15 persen)," jelasnya.
Kelebihan kartu debit
Bagi generasi millenial, kartu debit dinilai punya banyak keuntungan dibandingkan kartu kredit. Penggunaan kartu kredit memungkinkan mereka untuk berbelanja barang-barang tanpa melihat bahwa saldo di rekening tabungan berkurang. Saat menerima tagihan, barulah mereka sadar bahwa mereka mempunyai utang.
"Dulu masyarakat masih sangat konsumtif sehingga mereka tidak berpikir bahwa penggunaan kartu kredit itu sama dengan menumpuk utang. Akan tetapi, kini mereka sudah lebih mengerti dan meninggalkan cara ini," lanjut Ellyana.
Sebaliknya, jika menggunakan kartu debit, uang tabungan akan langsung berkurang setelah digunakan untuk membayar. Cara pembayaran dengan kartu debit dinilai bisa menghindarkan mereka dari utang piutang yang mungkin membuat mereka bangkrut seketika. Hal ini sesuai dengan hasil survei Visa yang menyebutkan bahwa 55 persen responden di APCEMEA ini tidak memiliki utang sama sekali.
Editor :
Dini