KOMPAS.com - Tampil modis dan trendi tak berarti harus merusak lingkungan sekitar. Seperti tertuang dalam laporan Greenpeace Indonesia, Toxic Threads: Meracuni Surga, perusahaan tekstil yang tidak bertanggung jawab bisa menyebabkan perusakan lingkungan karena pembuangan limbah tekstil cair berbahaya ke sungai. Bahayanya, kandungan bahan kimia bisa menyebabkan kanker, penyakit saluran pernafasan, dan mengganggu kinerja hormon dalam tubuh.
Tak hanya perusahaan tekstil dan pemerintah saja yang harus memerhatikan masalah ini, namun desainer juga harus berperan serta memerhatikan lingkungan. Tanggung jawab seorang desainer bukan hanya terbatas merancang busana di atas kertas saja.
"Seorang desainer juga bertanggung jawab dan punya peran strategis untuk meningkatkan kesadaran pekerja dan konsumennya akan kelestarian lingkungan," ungkap desainer Barli Asmara kepada Kompas Female, di sela acara talkshow "Creme de la Creme" beberapa waktu lalu di Jakarta.
Meskipun tak secara langsung terjun ke pabrik tekstil untuk produk massal, sebagai desainer ternyata Barli tetap melakukan beberapa aksi nyata untuk menjaga kelestarian dan kebersihan lingkungan. "Sekalipun masih dalam skala yang tidak terlalu besar, langkah ini juga bisa membantu kita menjaga lingkungan," tambahnya.
1. Mendaur ulang kain perca
Dalam proses pembuatan pakaian, Anda pasti banyak mendapatkan sisa potongan kain atau kain perca. Jika Anda jeli, kain ini bisa dimanfaatkan kembali menjadi berbagai macam benda kreatif. Misalnya aksesori, selimut, sarung bantal, tambahan motif sepatu, atau bahkan motif baju yang unik . Desainer Indonesia yang gemar mengolah kain perca ini antara lain desainer busana muslim Tuty Adib dan Lenny Agustin.
2. Tidak menimbun sisa kain perca
Jika kain perca sudah tak memungkinkan lagi untuk diolah, biasanya kain akan dibuang. Untuk membuang kain perca, Barli punya tip khusus yaitu dengan memasukkannya ke dalam kantong plastik terlebih dulu. Tujuannya agar kain perca tak berserakan ke mana-mana. "Selain itu, kain yang sudah terpotong ini membuat benang-benang jadi mudah terlepas. Benang kecil ini akan berbahaya jika masuk ke dalam hidung karena bisa menghambat saluran pernafasan Anda," jelasnya.
Selain itu, ia juga selalu mengajarkan kepada para pekerjanya untuk rajin membuang sisa kain perca ini setiap hari dan membakarnya. Ia menyadari bahwa membakar sisa kain juga akan menimbulkan polusi udara. Akan tetapi cara ini tetap diyakini bisa membantu meminimalisasi polusi dibandingkan dengan menimbunnya di tanah atau membuangnya di sungai.
3. Menggunakan pewarna alami
Sampai saat ini banyak desainer yang berusaha untuk menciptakan busana yang ramah lingkungan, misalnya dengan menggunakan pewarna dari bahan alami seperti kulit manggis dan lain-lain saat melakukan proses pewarnaan.
"Proses pewarnaan dengan bahan alami seperti batik madura mungkin bisa membantu mengurangi pencemaran sungai. Sayangnya, ketersediaan bahan baku masih kurang sehingga belum bisa dimanfaatkan secara massal dan harganya masih sangat mahal," sesalnya.
Editor :
Dini