Semangat Baru Cliff dengan Ginjal Barunya

New Feature - Kompas
http://4skripsi.blogspot.com/
Semangat Baru Cliff dengan Ginjal Barunya
Apr 16th 2013, 05:08

KOMPAS.com - Semangat dan motivasi adalah obat sesungguhnya. Hal itulah yang benar-benar dirasakan oleh Cliff Yehezkeil Mambu (13)  dan kedua orang tuanya, Serli Kartili dan James Mambu.

Bagi keluarga asal Kabupaten Pohowato Gorontalo ini, perjuangan tanpa pantang menyerah mencari obat dan kesembuhan kini telah berbuah manis. Serli dan James kini bisa bernafas cukup lega melihat sang putera sulung dapat kembali hidup normal.

Cliff  sukses menjalani operasi tranplantasi ginjal  di Rumah Sakit dr CiptoMangunkusumo Jakarta. Kesuksesan ini juga berarti penting karena  untuk pertama kalinya tim dokter Indonesia berhasil melakukan transplantasi ginjal pada pasien anak.

Beban dan cobaan berat awalnya dialami Serli dan suaminya. Mereka harus menerima kenyataan pahit ketika Cliff divonis menderita gagal ginjal saat genap berusia sepuluh tahun. Takut, sedih, khawatir, dan gugup seolah mengikuti pasangan dengan tiga buah hati ini. Apalagi, sebelumnya tidak ada riwayat gagal ginjal dalam keluarga mereka.

"Saya pikir gagal ginjal penyakit orangtua, tidak mungkin menyerang anak," kata Serli.

Namun Serli tak menampik, putra sulungnya memang lebih sensitif dibanding anak seusianya. Fisik Cliff yang lahir pada 30 Oktober 2000 ini juga sangat mungil dibanding teman sebayanya. Saat itu, Serli dan suami menganggap hal tersebut disebabkan fisik Cliff yang memang lemah. Apalagi, sejak masih dalam kandungan, dokter sudah memperingatkan lemahnya kondisi janin Serli. Di usia kehamilan 9 minggu, dokter memperingatkan kemungkinan keguguran pada janin. Janin yang lemah ini ternyata mampu bertahan dam lahir dengan lama kehamilan 9 bulan 4 minggu.

Seiring  waktu berjalan, sensitifitas makin bertambah. Cliff mengeluh sakit pada perut kanan bawahnya. Kakak dari Jevanya dan Elfonda ini juga kerap merasa mual, pusing, dan lemas.

Puncaknya adalah ketika badan Cliff membengkak tanpa diketahui sebabnya. Bila sangat parah, leher Cliff nyaris tidak terlihat. Saat gejala tersebut datang Cliff menjadi sangat rewel. Segala cara dilakukan James dan Serli untuk menenangkan puteranya.

Semangat untuk mencari kesembuhan buah hati, membawa pasangan wiraswasta ini berobat ke Penang Malaysia pada 2010. Namun jarak yang jauh tidak memungkinkan pasangan ini melanjutkan pengobatan. Apalagi kondisi fisik Cliff sangat lemah. Proses pengobatan hanya berlangsung 2 tahun 8 bulan, tanpa menghasilkan kesembuhan bagi putra mereka tercinta.

Mereka kemudian melirik Rumah Sakit dr Cipto Mangunkusumo di Jakarta. Cliff pun masuk ruang perawatan RSCM pada 5 Maret 2013. Kendati baru pertama ke Ibu Kota, James dan Serli tidak khawatir. Pun dengan biaya Rp 350 juta yang harus dikeluarkan. 

"Demi anak apa saja saya lakukan. Saya percaya anak saya bisa tembuh," kata Serli.

Meski menjadi yang pertama melakukan transplantasi, pasangan Serli dan James tak khawatir. Mereka menuruti anjuran dokter untuk diet dan mengurangi asupan obat. Obat sejumlah 13 jenis dikurangi menjadi tujuh, berdasarkan hasil observasi pada Cliff.

Perjuangan akhirnya mereka mendapat jawaban ketika bertemu donor yang cocok. Kendati sang donor berusia 21 tahun dan tidak memiliki hubungan keluarga, kecocokan ginjal mereka tidak diragukan. Dokter yang terdiri atas spesialis anak, penyakit dalam, dan urologi juga memberi lampu hijau pada sang donor.

Operasi cangkok pun dilakukan pada 13 Maret 2013. Setelah operasi yang berlangsung selama 3,5 jam, Cliff menjalani pemulihan di rumah sakit dan baru bisa pulang ke rumah pada 26 Maret 2013.

Saat ini Cliff sudah bisa gembira. Kendati harus memakai masker dan harus dalam lingkungan bersih, Cliff sudah bisa bebas bermain. Cliff bahkan sudah boleh makan apa saja.

"Suka bubur ayam," ujarnya malu-malu.

Cliff yang cerewet ini juga sibuk menunjukkan kepada awak media perangkat smartphone miliknya. Dengan perangkat itu dia berkomunikasi dengan dua adiknya dan bermain game. Anak mungil berkulit putih ini juga malu-malu mengungkapkan cita-citanya. "Mau jadi pengusaha. Punya toko bangunan," ujar siswa yang akan segera kembali masuk sekolah ini.

Kendati harus mengulang kelas, Cliff tidak khawatir. Takut dan khawatir seolah sudah menghilang dari hidupnya. Rasa tersebut berganti keriangan dan harapan yang muncul saat berhasilnya operasi transplantasi.

Hidup normal

Menurut  ketua tim operasi transplantasi ginjal, Prof.Dr.dr.Endang Susalit Sp.PD-KGH, pasien transplantasi ginjal dapat hidup secara normal dan tidak perlu khawatir pada kesempatan hidupnya. "Bisa hidup sama dengan orang normal, asal rajin kontrol," kata Endang.

Ia menjelaskan, pemeriksaan rutin tetap diperlukan untuk mengecek apabila sewaktu-waktu muncul penolakan dari tubuh penerima ginjal. Pasien juga tidak boleh menghentikan konsumsi obat. Walaupun organ transplantasi sudah terasa baik dan konsumsi obat berkurang, bukan berarti pengobatan dihentikan.

"Pasien transplantasi harus minum obat sepanjang hidupnya. Obat ini untuk menekan daya tahan tubuh," kata Endang. Daya tahan tubuh harus ditekan sehingga tidak menolak organ transplantasi. Penolakan akan berakibat buruk pada metabolisme resipien yang berisiko kematian.

Dengan daya tahan tubuh yang menurun, tubuh resipien menjadi lebih sensitif. Oleh karena itu Endang menyaratkan lingkungan yang bersih dan penggunaan masker, untuk meminimalisir kemungkinan masuknya kuman.

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions
Next Post Previous Post